Bagikan:

JAKARTA - Wacana penataan kawasan kumuh di Johar Baru, Jakarta Pusat belum terealisasi. Padahal, Pemkot Jakarta Pusat sempat berencana menata ulang perkampungan tersebut agar tidak kumuh, dan layak huni.

Seperti diketahui, untuk kawasan Kelurahan Tanah Tinggi, Kampung Rawa, Johar Baru dan Galur memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi. Kepadatan penduduk itu berdampak pada permasalahan lainnya. Salah satunya soal minimnya septic tank di pemukiman padat penduduk tersebut.

Berdasarkan catatan Kecamatan Johar Baru, sebanyak 2.000 rumah warga di wilayah Johar Baru belum memiliki tempat pembuangan sanitasi yang benar atau septic tank untuk pembuangan kotoran manusia.

Sehingga warga masih menggunakan saluran air untuk membuang limbah langsung ke Kali Sentiong.

"Benar, ada kurang lebih 2.000 rumah warga di Johar Baru yang tidak ada tanki septic tank," kata Camat Johar Baru Nurhelmi Savitri kepada wartawan, Selasa 5 Oktober.

Nurhelmi mengatakan, jumlah tersebut tersebar di empat kelurahan. Diantaranya, Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru, Kampung Rawa dan Galur. Dampaknya saluran BAB warga langsung menuju saluran dan kali Sentiong.

"Mereka tidak punya tempat penampungan BAB saja. Jadi ya begitu mereka buang hajat langsung ke saluran hingga ke kali alirannya," ucapnya.

Nurhelmi mengatakan, rumah warga yang berada di sepanjang bantaran Kali Sentiong juga tidak memiliki tanki septic tank di rumahnya. Jadi ketika warga hendak BAB aliran kotoran langsung masuk ke kali.

"Coba aja liat itu di bantaran kali, terlihat itu ada corong saluran buang BAB yang letaknya itu pasti berjejer dengan saluran air kamar mandi ataupun dapur," katanya.

Sementara berdasarkan data yang dihimpun, Kelurahan Kampung Rawa di Johar Baru merupakan permukiman warga terpadat se-Asia Tenggara.

Hal itu terlihat dari data jumlah warga yang kini mencapai sebanyak 26.563 jiwa di 104 RT dan 8 RW dengan luasan wilayah hanya 30,11 hektare.