148 Pesawat Tempur China Masuki Zona Pertahanan Udaranya, Taiwan Prioritaskan Moderenisasi Angkatan Bersenjata
Peta zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. (Wikimedia Commons/Maximilian Dörrbecker)

Bagikan:

JAKARTA - Taiwan perlu meningkatkan kewaspadaan diikuti dengan moderenisasi persenjataannya, setelah seratusan pesawat tempur China memasuki zona identifikasi pertahanan udaranya (ADIZ).

Taiwan perlu waspada terhadap aktivitas militer China yang berlebihan, melanggar perdamaian regional, kata Perdana Menteri Su Tseng-chang pada Selasa, setelah 56 pesawat China memasuki zona pertahanan udara Taiwan pada Senin, tertinggi yang pernah ada.

Taiwan melaporkan 148 pesawat angkatan udara China di bagian selatan dan barat daya zona pertahanan udaranya, selama empat hari berturut-turut sejak Jumat 1 Oktober, berbarengan dengan Hari Nasional ke-72 Negeri Tirau Bambu.

Beijing mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sendiri, yang harus diambil secara paksa jika perlu. Sementara, Taipei mengatakan mereka adalah negara merdeka dan akan mempertahankan kebebasan dan demokrasi mereka.

Taiwan menyebut kegiatan militer China yang berulang di dekatnya sebagai 'zona abu-abu', yang dirancang untuk melemahkan kekuatan Taiwan dengan membuat mereka berulang kali berebut dan juga untuk menguji tanggapan Taiwan.

"Taiwan harus waspada. China semakin di atas. Dunia juga telah melihat pelanggaran berulang China terhadap perdamaian regional dan tekanan terhadap Taiwan," ujar Su mengutip Reuters 5 Oktober, menambahkan Taiwan perlu memperkuat dirinya sendiri dan bersatu menjadi satu.

"Hanya dengan begitu, negara-negara yang ingin mencaplok Taiwan tidak berani dengan mudah menggunakan kekuatan. Hanya ketika kita membantu diri kita sendiri, orang lain dapat membantu kita," tandasnya.

Sementara, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah menjadikan modernisasi angkatan bersenjata sebagai prioritas, dengan fokus pada penggunaan senjata bergerak baru, untuk membuat serangan apa pun yang dilakukan oleh China menjadi semahal mungkin.

Terpisah, Amerika Serikat, pemasok militer utama Taiwan, telah menggambarkan peningkatan aktivitas militer China di dekat pulau itu sebagai destabilisasi, menegaskan kembali komitmennya yang kokoh terhadap Taiwan.

Sebagai tanda suasana yang penuh ketegangan, sumber keamanan mengkonfirmasi laporan di media Taiwan, seorang pilot pesawat tempur China menanggapi peringatan radio untuk terbang pada Hari Minggu dengan teriakan sumpah serapah. Kementerian Pertahanan China tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Sementara, Jepang juga mempertimbangkan pada Hari Selasa mengatakan, sedang mengamati situasi dengan cermat dan berharap, Taiwan bersama China dapat menyelesaikan perbedaan mereka melalui pembicaraan.

"Jepang percaya, sangat penting bagi situasi di sekitar Taiwan untuk menjadi damai dan stabil," kata Menteri Luar Negeri Toshimitsu Motegi di Tokyo.

"Selain itu, alih-alih hanya memantau situasi, kami berharap untuk mempertimbangkan berbagai kemungkinan skenario yang mungkin muncul untuk mempertimbangkan opsi apa yang kami miliki, serta persiapan yang harus kami lakukan," sambung Motegi.

Taiwan telah hidup di bawah ancaman invasi sejak pemerintah Republik China yang kalah melarikan diri ke pulau itu pada tahun 1949, setelah kalah dalam perang saudara dengan Komunis. Tidak ada perjanjian damai atau gencatan senjata yang pernah ditandatangani kedua belah pihak.