Bendesa Adat Kuta Minta Ganjil-genap Lokasi Wisata Dibatalkan
ILUSTRASI/DOK ANTARA/Pantai Kuta Badung Bali

Bagikan:

DENPASAR - Bendesa Adat Kuta I Wayan Wasista meminta Pemprov Bali dan Pemda Badung mengkaji ulang rencana penerapan ganjil-genap di lokasi wisata Pantai Kuta.

“(Ganjil-genap) ini membuat resah masyarakat saya. Bila perlu dikaji (ulang) kalau bisa dibatalkan. Tujuannya (ganjil-genap) tidak jelas,: ujar Wasista, Rabu, 22 September.

Bila ganjil-genap bertujuan mengurangi kemacetan alias kerumunan di obyek wisata Kuta, maka hal ini disebut Wasista tidak tepat. Alsannya saat ini tingkat kunjungan ke Pantai Kuta masih minim.

"Itu perlu dikaji dulu. Masyarakat saya malah bimbang dan bingung ini. Semua bertanya, saya tidak bisa jawab sampai saat ini. Saya kan tidak ngerti, saya tidak diajak konsultasi. Kalau bisa dikaji ulang," ungkapnya.

Apalagi sambung Wasista, kunjungan ke Pantai Kuta sudah menggunakan aplikasi PeduliLindungi di 7 pintu masuk.  Jumlah pengunjung pun dibatas. 

"Kalau wisatawan masuk ke Kuta saya sudah punya QR barcode PeduliLindungi. Satu pintu yang masuk tidak boleh lebih dari seribu. Saya, sudah berbenah. (QR) barcodenya baru kemarin, keluar resmi dari PeduliLindungi di 7 pintu," ujarnya.

"Saya dapat karena melihat kapasitas 7 pintu, berarti 7 ribuan nanti yang masuk. Termasuk pengunjung, pedagang dan lain sebagainya yang masuk ke pantai. Hanya boleh seribu satu pintu," imbuh Wasista.

Ganjil-genap bakal merepotkan masyarakat yang hendak ke kawasan Legian jika melewati kawasan Kuta saat ganjil-genap berlaku akhir pekan. 

Sementara itu, Bendesa Adat Sanur, Ida Bagus Paramartha mendukung ganjil genap akhir pekan asalkan dilakukan sosialisasi.

"Namanya di desa, menerima saja. Orang sudah digodok di atas, sebenarnya itu sosialisasi dulu," ujar Paramartha.

Dia menyebut pentingnya uji coba ganjil genap untuk mengetahui kondisi riil di lapangan. 

"Sebenarnya dicoba dulu seminggu. Uji coba layak dan tidak di sana, nanti diputuskan. Masyarakat Sanur biasa saja, orang situasi begini," ujar Paramartha.