Bagikan:

JAKARTA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memproyeksi pariwisata nasional mengalami kerugian sebanyak Rp85,4 triliun akibat pandemi COVID-19. Kerugian ini disebabkan karena turunnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) hingga ke angka minus 44 persen.

Ketua Umum PHRI, Hariyadi Sukamdani mengatakan, turunnya jumlah wisman ini juga berdampak pada keterisian hotel dan restoran. Bahkan tercatat sebanyak 2.000 hotel dan 8.000 restoran di seluruh Indonesia menutup operasional.

Lebih lanjut, Hariyadi mengatakan, tuturnya restoran dan perhotelan selain karena tidak ada kunjungan, namun juga karena adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat minimnya okupansi.

"Kerugiannya untuk sektor hotel itu adalah Rp30 triliun, dan restoran itu Rp40 triliun sampai dengan April yang lalu. Lalu, kerugian untuk maskapai penerbangan 812 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp11,4 triliun," katanya, dalam Rapat Dengar Pendapat virtual bersama Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Selasa, 14 Juli.

Selain itu, kata Hariyadi, tour operator juga mengalami kerugian sebesar adalah Rp4 triliun. Sehingga, jika diakumulasikan jumlahnya mencapai Rp85,4 triliun.

Berdasarkan data World Tourism Organization (WTO) tahun ini kunjungan wisman dapat terkontraksi hingga minus 44 persen. Hariyadi mengatakan, hal ini lantaran lebih dari 500 juta wisatawan lebih memilih tidak berlibur ke luar negeri hingga kondisi penyebaran wabah kembali kondusif.

Menurut Hariyadi, kondisi tersebut tercermin pada jumlah penerbangan di kawasan Asia Pasifik yang turut terkontraksi hingga minus 37 persen di bulan April. Sedangkan, untuk jumlah kunjungan wisatawan domestik diperkirakan tidak akan mampu menutup kekosongan yang ditinggalkan oleh wisatawan asing.

"Di tahun 2018 jumlah wisatawan domestik sekitar 303 juta orang tapi di tahun 2019 turun menjadi 275 juta orang karena kendala harga tiket saat itu. Kemungkinan sekarang jauh drop lagi karena adanya pandemi dan kesulitan dari regulasi apabila ingin naik pesawat," jelasnya.

Hariyadi menjelaskan, dengan kondisi yang sangat sulit seperti sekarang membuat 95 persen pengusaha hotel memilih untuk merumahkan karyawannya atau memberikan cuti tanpa digaji (unpaid leave).

Seperti diketahui, adanya pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata menjadi yang pertama terdampak. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia pada Mei 2020 mengalami penurunan sebesar 86,90 persen dibanding jumlah Mei 2019. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tercatat hanya 163,6 ribu.

Jumlah Wisman

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kunjungan wisman ke Indonesia pada Mei sebenarnya naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya. Pada April 2020, kunjungan wisman tercatat 158,7 ribu. Artinya ada kenaikan sebesar 3,1 persen pada Mei 2020.

"Kenaikan ini terjadi di beberapa tempat, tapi penurunan sangat tinggi terjadi hampir di semua pintu masuk. Sementara jumlah wisman kalau dibandingkan tahun lalu, turunnya curam 86,90 persen," kata dia dalam video conference di Jakarta, Rabu, 1 Juli.

Dari kunjungan wisman pada Mei 2020, mayoritas menggunakan angkutan darat sebesar 114,7 ribu atau 70,1 persen. Sementara untuk angkutan laut sebesar 48,4 ribu atau 29,6 persen dan angkutan udara hanya 0,5 ribu atau 0,3 persen saja.

Berdasarkan kebangsaannya, wisman asal Timor Leste mendominasi sebanyak 81,5 ribu atau 49,8 persen. Kemudian disusul dari Malaysia 66,4 ribu atau 40,6 persen, China 1,9 ribu atau 1,2 persen, dan lainnya 13,8 ribu atau 8,4 persen.

Secara kumulatif sejak Januari sampai dengan Mei, jumlah kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 2,93 juta. Jumlah kunjungan turun 53,36 persen dibandingkan dengan kunjungan wisman pada periode yang sama tahun lalu yang berjumlah 6,28 juta.