JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani, merespon rencana pemerintah yang sudah mulai mempersiapkan proses transisi dari pandemi ke endemi.
Langkah ini dilakukan lantaran COVID-19 diyakini tidak akan hilang dalam waktu dekat, sehingga masyarakat akan hidup berdampingan dengan virus corona.
"Peralihan dari pandemi menjadi endemi berkonsekuensi pada kesiapsiagaan pemerintah untuk melakukan transformasi," ujar Netty kepada wartawan, Senin, 20 September.
Pada masa peralihan ini, Netty mendorong pemerintah melakukan perbaikan sistem kesehatan di Tanah Air. Sebab berkaca pada saat lonjakan kasus COVID-19 pada Juni hingga Juli 2021 lalu, sistem kesehatan di Indonesia dinilai kewalahan atau kolaps menghadapi kenyataan wabah tersebut.
"Pengalaman menghadapi tsunami pandemi sekira bulan Juni-Juli lalu membuktikan sistem dan kapasitas layanan kesehatan kita kewalahan," kata Netty.
Sebelum menetapkan pandemi menjadi endemi, politikus PKS ini memandang, pemerintah wajib menyiapkan sarana dan prasarana (sarpras) fasilitas kesehatan dengan sangat baik. Mulai dari anggaran, ketersediaan tenaga kesehatan, petugas laboratorium, ketersediaan obat, alat kesehatan, oksigen, hingga perbaikan sistem rujukan.
"Jadi, sebelum menetapkan endemi, pemerintah harus menyiapkan sarana prasarana faskes, SDM tenaga kesehatan (nakes), apoteker, petugas lab, ketersediaan obat, alat kesehatan (alkes), oksigen, perbaikan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), rujukan, dukungan anggaran, dan kemampuan puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) melakukan upaya promotif dan preventif," kata legislator Jawa Barat itu.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, mengatakan pemerintah tengah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengendalikan COVID-19 dari pandemi menjadi endemi dan mentransformasi industri kesehatan. Namun menurutnya, vaksinasi bukan satu-satunya strategi untuk menekan laju penularan.
"Ada empat, 3 itu sifatnya strategi, dan satu strategi kepepet mencakup keperawatan di rumah sakit itu kepepet yang penting di depan deteksi. Nah vaksinasi salah satu di antaranya bukan the only strategy," papar Budi dalam acara Wealth Wisdom 2021 secara virtual, Sabtu, 18 September.
Budi mengingatkan kembali, bahwa yang terpenting itu adalah penerapan 3 M, Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak. Kemudian deteksi dengan 3 T, Testing, Tracing dan Treatment.
"Contoh 3 M kalau kita pakai masker akan mengurangi laju penularan 95 persen. Kenapa sih kita harus Testing, Tracing dan Treatment, karena kita testnya cepat kita tahu siapa yang kena tracingnya cepat kita tahu siapa yang ditulari, kita isolasi cepat, mengurangi laju penularan," katanya.