PT GEB dan Perannya dalam Kemandirian Listrik Bali
PLTU Celukan Bawang (Sumber: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Pada 2018 lalu, Gubernur Bali I Wayan Koster menyatakan keinginan agar Pulau Dewata mampu memenuhi kebutuhan listriknya secara mandiri. Beberapa tahun belakangan, Bali memang berkembang secara energi. Kebutuhan listrik Bali tahap demi tahap mulai dicukupi. PT General Energy Bali (GEB) jadi perusahaan paling berkontribusi.

“Bali ingin mandiri energi tidak bergantung daerah penyangga,” ungkap Direktur Bisnis Regional Jawa bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Supangkat Iwan Santoso saat diskusi dengan media di PLTDG Pesanggaran, Denpasar, Bali, mengutip Kumparan.

Mimpi ini sangat mungkin terlaksana, apalagi jika melihat perkembangan kemampuan listrik Bali beberapa tahun belakang. Peran PT GEB tak bisa dilepaskan dari itu. Menurut catatan Djawanews, sejak beroperasi secara komersial pada 25 September 2015, PLTU Celukan Bawang yang dibangun PT GEB berkontribusi 43 persen dari total kebutuhan listrik Bali.

Tak hanya Bali. PLTU Celukan Bawang yang terletak di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng juga melistriki sebagian daerah di Pulau Jawa yang terkoneksi melalui transmisi kabel laut SKLT Jawa Bali.

Padahal, sebelum PT GEB beroperasi, listrik Bali tergolong sangat kecil dan hanya mengandalkan BBM di pembangkit PT Indonesia Power (PLTD Pemaron & PLTD Gilimanuk) yang relatif sangat mahal.

“Kapasitas bersih 380 megawatt itu disalurkan ke seluruh interkoneksi. Jadi, listrik yang diproduksi PLTU Celukan Bawang itu juga dinikmati oleh seluruh konsumen listrik di Jawa-Bali,” kata Direktur Operasional PT GEB, Agus Darmadi, dikutip Era.id.

Kini, peran PT GEB makin besar. PLN Dispatch Coordinator PT GEB, Helmy Rosadi menjelaskan saat ini kotribusi PT GEB sudah mencapai hamper 50 persen. Selain sebagai sumber energi murah, peningkatan kontribusi juga dipicu pandemi COVID-19.

"Saat ini andalan Bali masih di PLTU Celukan Bawang, selain dikarenakan satu-satunya PLTU yang ada di Bali dgn sumber energi yang murah (batubara) dibanding LNG. Jadi kami dioptimalkan terus oleh PLN."

"Dan kita tetap selalu menjaga kualitas serta mengutamakan lingkungan, PLTU telah dilengkapi dengan FGD & Closed Coal Yard untuk menjaga abu batubara tidak tercemar, dan ini baru satu-satunya yang ada di Indonesia, bisa dilhat saat beroperasi beban maksimal, hampir tidak ada asap yang keluar dari cerobong/chimney PLTU, jadi benar-benar clean " kata Helmy, dihubungi VOI, Rabu, 15 September.

Lebih lanjut Helmy menjelaskan PT GEB tetap ada dalam rencana Pemprov Bali dalam mewujudkan kemandirian listrik. Nantinya sumber listrik dari PT GEB akan dikolaborasikan dengan sumber listrik lain dari pembangkit ramah lingkungan.

"Kebutuhan kelistrikan ke depan di Bali ini tergantung dari PLN. Setiap 10 tahun ada RUPTL dari kementrian ESDM. Itu ada plan setiap provinsi. Tapi terkait Bali, informasi dari pemerintah Provinsi Bali tidak akan mengijinkan lagi pembangkit fosil (batubara) baru di Bali, Jadi lebih pembangkit renewable yang green, menggunakan tenaga surya, bayu ataupun LNG.

"Jadi mungkin kami satu-satunya. Kontrak PPA PT GEB dengan PLN adalah 30 tahun dan saat ini sdh berjalan tahun ke 7, jadi masih bisa dipastikan 23 tahun kedepan kami dioperasikan. Karena kemungkinan beban di Bali akan semakin meningkat. Kan ada juga wacana PLTU Celukan Bawang harus diubah ke gas secepatnya. Itu enggak bisa. Karena dari sisi desain PLTU dengan PLTDG gas sangat berbeda sesuai dengan tehnikal item kontrak yang tercantum PPA, power purchase agreement."