Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah memutuskan membuka kembali sektor pariwisata Pulau Bali untuk turis mancanegara. Hal ini dilakukan untuk mendorong pemulihan aktivitas soslal dan ekonomi. PT General Energy Bali (GEB) ambil peran dalam pemenuhan pasokan listrik Pulau Dewata.

Ada peningkatan kebutuhan listrik seiring semakin kondusifnya pandemi COVID-19 di Indonesia, khususnya di Bali, kata PLN Dispatch Coordinator PT GEB Helmy Rosadi. Sejak awal pandemi di 2019 terjadi penurunan secara drastis beban listrik di Pulau Dewata, dari beban puncak tertinggi 980 megawatt jadi 510 megawatt.

"Dengan semakin kondusif situasi Pandemi COVID-19 dengan adanya kebijakan penerapan PPKM yang sangat efisien, khususnya di Pulau Dewata perlahan perekonomian dan pariwisata mulai bangkit serta beberapa destinasi wisata mulai dibuka kembali dengan protokol kesehatan yg ketat. Beban listrik di Pulau Dewata mulai perlahan naik. Per hari ini beban puncak malam subsistem Bali 685 megawatt. Akan terus naik dengan semakin terkendalinya pandemi ini," tutur Helmy kepada VOI, Jumat, 15 Oktober.

Peningkatan beban tersebut akan diiringi meningkatnya kebutuhan sumber energi listrik di subsistem Bali. Diketahui saat ini pasokan listrik pada subsistem Bali masih mengandalkan pembangkit non BBM, seperti batubara, LNG (liquid natural gas), dan SKLT (saluran kabel bawah laut tegangan tinggi), di mana PLTU Celukan Bawang menyumbang 380 megawatt atau sekitar 55.47% kontribusi, Pembangkit LNG/GAS di PT Indonesia Power (IP) Pesanggaran 167 megawatt serta supply daya via kabel laut 340 megawatt (maksimum),

Namun kondisi ini sangat dinamis. Dan jika diperlukan seandainya ada gangguan atau pemeliharaan pembangkit di PLTU atau PT IP dan adanya keterbatasan pasokan kabel laut, maka subsistem Bali harus di-supply oleh pembangkit BBM ( HSD/MFO) milik PT Indonesia Power," kata Helmy.

Helmy menambahkan, PT GEB di tahun ketujuh berjalannya kontrak power purchase agreement (PPA) akan tetap menjaga penyediaan listrik yang efisien dan andal, sesuai Grid Code Jamali 2020. Ke depan, kontribusi PT GEB tetap eksis, seiring rencana pengembangan PLTGU Celukan Bawang 2. Hingga saat ini masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat.

Mengacu RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) terakhir, penambahan pembangkit di subsistem Bali rencananya akan bersumber dari pembangunan proyek Jawa Bali Crossing (JBC) 500 kilovolt serta beberapa PLTS yang tersebar di beberapa area di Pulau Dewata.

"Sesuai dengan konfigurasi subsistem Bali, bahwa pusat beban berada di Selatan pulau Bali, sehingga lebih effisien jika ada sumber energi baru di daerah selatan, Namun jika tetap dibutuhkan PLTGU Celukan Bawang 2 di Utara Bali, bisa disesuaikan dengan penambahan / uprating transmisi SUTT, “ papar Helmy.

"Rencana kontribusi ke depan sebenarnya kembali kepada PLN dan pemerintah pusat (kementrian ESDM ) terkait pengembangan PLTGU Celukan Bawang 2, kami sudah menyiapkan rencana pembangunan PLTGU Celukan Bawang 2 seandainya memang dibutuhkan dan diizinkan oleh pemerintah pusat. Untuk yang Celukan Bawang 2 ini rencana akan menggunakan bahan bakar gas sesuai dengan amanat pemerintah Provinsi Bali," papar Helmy.

Pembukaan pariwisata Bali

Setelah wisatawan domestik, kini pintu Bali terbuka untuk wisatawan mancanegara. Turis asing akan diperbolehkan berwisata di Pulau Bali dengan menaati peraturan yang berlaku, yakni terkait penerapan protokol kesehatan, status vaksinasi, dan ketentuan karantina.

Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf Henky Manurung menyatakan telah dilakukan simulasi kedatangan pesawat, penerimaan di bandara, proses karantina, serta prosedur-prosedur lain sesuai prokes.

“Tingkat vaksinasi di Bali juga tinggi yaitu 99 persen untuk dosis pertama dan hampir 90 persen untuk dosis kedua. Bali sudah siap menerima wisatawan mancanegara (wisman) kembali dengan prosedur yang telah dibangun bersama pemerintah pusat dan daerah," katanya, dikutip situs web Satgas COVID-19.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati atau Cok Ace menyambut baik. Menurutnya pariwisata adalah lokomotif perekonomian Bali. Maka pembukaan Bali menjadi perhatian banyak pihak. Karenanya persiapan harus matang dan seksama.

Cok Ace menjelaskan ada 35 hotel karantina telah siap. Selain itu ada 55 hotel lain yang mengajukan diri. Hotel karantina diharuskan memiliki sertifikat CHSE (cleanliness, health, safety, environment sustainability).

CHSE adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha pariwisata, destinasi pariwisata, dan produk pariwisata lainnya untuk menjaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan.

Untuk wilayah yang dapat dikunjungi turis, Cok Ace menjelaskan sebelumnya ada tiga zona hijau sebagai pilot project di Bali: Ubud, Nusa Dua, dan Sanur. Namun saat ini wilayah dengan kondisi aman di Bali semakin meluas, yakni hampir seluruh Bali dengan vaksinasi lengkap, respons masyarakat yang baik, disertai penerapan aplikasi PeduliLindungi dan standarisasi CHSE.

“Kita berharap dapat memberikan ruang gerak lebih luas bagi Wisman yang sudah menyelesaikan karantina lima hari,” papar Cok Ace.