Bagikan:

JAKARTA - Jauh sebelum menggemanya aksi solidaritas Black Lives Matter (BLM), seorang aktivitas Kamerun, Andre Blaise Essama lebih dulu melakukan perusakan patung yang melanggengkan kolonialisme dan rasisme pada kotanya. Menariknya, aksinya ini tak dilakukan sekali saja, namun berkali-kali.

Melansir Reuters, Essama berpendapat patung-patung yang merayakan masa-masa penjajahan Prancis tak layak ada dan harus diganti dengan pahlawan nasional. Oleh sebab itu, berkali-kali Essama telah merusak patung-patung peninggalan kolonial dengan cara memenggal kepala dan menjatuhkannya.

Tak jarang aksinya itu membuat dirinya ditangkap, didenda, dan dipenjara atas tuduhan vandalisme. Namun, hal itu tak membuatnya jera. Sebab, dirinya kemudian tetap meneruskan aksinya. Sampai-sampai Essema memilih satu patung yang paling sering dirusak. Patung tersebut tak lain patung seorang jenderal perang dunia kedua Prancis, Philippe Leclerc.

“Saya telah memenggal kepala Jenderal Leclerc tujuh kali. Saya mengubur kepala patung tersebut di desa saya,” ucap mantan Mahasiswa teknik Komputer, Essama.

Menurut Essama, tempat jenderal Prancis tersebut hanya cocok berada di museum. Dirinya bukannya ingin menghapus sejarah. Hanya saja Essama tak ingin patung Leclerc dan administrator kolonial lainnya berada di ruang publik, apalagi untuk dikenang oleh warga Kamerun.

Oleh sebab itu, dirinya menghimbau otoritas setempat untuk mengganti patung-patung sisa kolonial dengan mereka yang menjadi tokoh nasional. “Monumen nasional itu penting. Mereka memengaruhi kenangan nasional dan membangkitkan kebanggaan nasional, ”kata Essama sembari membersihkan debu dari patung legenda sepak bola Kamerun, Samuel Mbappe Leppe.

“Mbappe Leppe adalah pemain hebat. Dia membuatmu bermimpi. Dia membuka jalan bagi banyak pemain sepak bola. Mbappe Leppe adalah pahlawan sejati, ”teriak Essama, mengangkat tinjunya ke langit saat para penonton bertepuk tangan.

Uniknya, ketika Essama memulai kampanye satu dekade lalu dengan merusak patung kolonial dan menyuarakan tokoh-tokoh nasional, orang-orang menganggapnya sedikit eksentrik. Hebohnya lagi, sejak itu Essama telah menciptakan asosiasi yang mencakup seniman yang sudah memahat 30 karya seni guna menghormati berbagai pahlawan Kamerun.

Saking semangatnya, Essama dan kawan-kawan mencoba mendirikan patung salah satu pemimpin Kamerun di bundaran utama di Douala tahun lalu. Sayangnya, patung tersebut kemudian diturunkan oleh polisi. Kelak, saat BLM mulai meluas, dukungan terhadapnya sedikit demi sedikit mulai bertambah.

Sementara itu, Kamerun sendiri merupakan koloni Jerman. Namun, setelah selesai perang dunia pertama, Kamerun dikomandoi oleh Prancis dan perlahan-lahan, negeri Miniatur Afrika pun memperoleh kemerdekaan pada tahun tahun 1960.