JAKARTA - Importir daging sapi China mengatakan pada Hari Senin, penangguhan ekspor oleh pemasok utama mereka, Brasil, akibat dua kasus penyakit sapi gila tidak memiliki dampak pasar langsung, dengan beberapa pembeli tetap melakukan transaksi untuk mengantisipasi lonjakan transaksi.
Otoritas Brasil mengumumkan pihaknya telah mengkonfirmasi dua kasus penyakit sapi gila 'atipikal' di negara bagian yang berbeda, dan menangguhkan ekspor daging sapi ke China sebagai bagian dari kesepakatan sebelumnya tentang masalah ini Sabtu pekan lalu.
Meskipun Brasil mendominasi 40 persen pangsa impor daging sapi China, kondisi ini tidak menyebabkan kenaikkan harga daging sapi pada Senin kemarin. Sementara, beberapa importir tetap melakukan transaksi.
"Kami masih membeli, pabrik harus menjaga stok mereka," kata Grace Gao, manajer umum di importir Goldrich International yang berbasis di Dalian, China mengutip Reuters Selasa 7 September.
Di Brasil, pengolah daging sapi terbesar keempat Frigol mengumumkankan pada Hari Senin, mereka akan merumahkan pekerja di salah satu pabriknya selama 15 hari, dengan sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters, langkah itu sebagai tanggapan atas penangguhan ekspor.
Kantor pers Frigol mengatakan, cuti itu karena perlambatan musiman dalam permintaan Israel dan menolak mengomentari kemungkinan koneksi ke ekspor China. Perusahaan tidak segera memberikan rincian tentang berapa banyak yang cuti.
Sapi gila 'atipikal' dianggap memiliki risiko lebih rendah daripada bentuk penyakit klasik, karena penyakit ini terjadi secara alami dan hanya secara sporadis pada sapi yang lebih tua.
Penyakit sapi gila 'klasik', atau BSE, ditularkan melalui pakan yang terkontaminasi dan telah dikaitkan dengan varian penyakit Creutzfeldt-Jakob pada manusia.
Ini bukan kali pertama Negeri Samba melakukan penangguhan ekspor. Brasil sebelumnya menangguhkan ekspor selama 10 hari pada 2019 setelah melaporkan kasus 'tidak biasa'.
"Saya berasumsi pemerintah China tidak akan melarang impor. Brasil sangat penting," tukas Pan Chenjun, analis senior di Rabobank. Otoritas bea cukai China tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Untuk diketahui, Brasil telah mengirimkan lebih dari 500 ribu ton daging sapi ke China sepanjang Januari hingga Juli tahun ini, atau 38 persen dari total impor China. Data bea cukai China menunjukkan, ini jauh mengungguli pemasok kedua yang juga negara tetangga Brasil, Argentina yang pasokannya di bawah 300 ribu ton.
BACA JUGA:
Pasokan daging sapi global sangat ketat dan harga sudah mencapai rekor tertinggi, tambah pembeli besar daging sapi China lainnya.
"Kalau ini hanya berlangsung 15 hari, tidak akan ada pengaruhnya sama sekali. Brasil masih berproduksi, dan butuh dua bulan untuk mengirim daging ke sini," tambahnya, yang menolak disebutkan namanya karena tidak diizinkan berbicara kepada media.
Sementara, Irlandia, pemasok daging sapi yang lebih kecil ke China, melaporkan kasus penyakit sapi gila 'tidak biasa' pada Mei tahun lalu. Negara itu belum bisa melanjutkan ekspornya ke China.