Bagikan:

JAKARTA - Harga daging sapi konsisten naik jelang Ramadan hingga saat ini. Bahkan, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menemukan kenaikan harga telah mencapai Rp130 ribu hingga Rp140 ribu di beberapa wilayah.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengatakan harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah harga internasional.

Oke mengatakan semua negara pada tahun ini sedang menghadapi permasalahan yang sama yaitu pandemi COVID-19. Pandemi ini berdampak pada meningkatnya beberapa harga komoditas dan bahkan pada faktor-faktor penentu harga yang termasuk dalam komoditas super cycle atau harga yang sudah sangat tinggi.

Lebih lanjut, dia mengatakan, beberapa komoditi yang berada para posisi super cycle ini ada yang menguntungkan Indonesia dan ada juga yang membuat harga di dalam negeri terpengaruh. Sementara, sapi merupakan komoditas yang masuk dalam super cycle. Sebab, pakan sapi harganya sudah sangat tinggi.

Adapun, harga daging sapi dipengaruhi oleh supply, demand dan faktor lainnya. Untuk supply, Indonesia memenuhi kebutuhan dalam negeri melalui beberapa sumber yaitu sapi lokal, sapi bakalan dan daging sapi maupun kerbau beku.

Oke mengatakan bahwa pemenuhan protein hewani yakni daging sapi untuk kebutuhan nasional tidak dapat mengandalkan peternak lokal. Sebab, peternak lokal mengusung sistem keberlanjutan. Artinya, sapi hanya akan dijual ketika dibutuhkan.

"Peternak lokal mayoritas berorientasi pada bisnis berkelanjutan. Jadi peternak sapi lokal ini dikeluarkan manakala mereka membutuhkan. Sehingga tidak bisa menjadi cadangan yang bisa dijadikan penentu kebijakan secara pasti. Alhasil stok yang ada belum pasti siap dijual," tuturnya dalam diskusi virtual, Jumat, 7 Mei.

Lebih lanjut, Oke mengatakan produksi dalam negeri juga belum tentu dapat memenuhi kebutuhan daging sapi secara nasional yang sifatnya terus menerus. Karena itu, pemerintah tidak bisa mengandalkan sapi lokal milik masyarakat.

"Kebutuhan daging sapi juga bisa dipenuhi melalui pengadaan daging sapi impor. Sapi bakalan yang saat ini diimpor saya boleh menyatakan 100 persen berasal dari Australia," tuturnya.

Oke mengatakan, untuk daging beku impor, Indonesia sangat tergantung terhadap Australia. Sementara permintaan untuk sapi Australia juga tidak hanya negara Indonesia. Walaupun 50 persen lebih pasokan Australia masuk ke Indonesia. Tapi ada negara-negara lain yang terjadi peningkatan permintaannya seperti dari China dan Vietnam.

"Sementara Indonesia sangat membutuhkan pasokan dari Australia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dalam rangka puasa dan lebaran," katanya.

Pengaruh dari harga internasional

Kemudian, kata Oke, faktor lainnya yang mempengaruhi kenaikan harga daging sapi adalah harga internasional dan kurs. Artinya, jika terjadi kenaikan harga di tingkat internasional maka akan berpengaruh pada harga di dalam negeri.

"Harga sapi asal Australia ini harus saya ceritakan sekarang mengalami kenaikan sejak akhir 2020 akibat terjadinya depopulasi sapi di Australia. Kenapa terjadi depopulasi dan ini berdampak kepada harga pasokan sapi Australia ini naik? Kita tahu Australia tahun sebelumnya terjadi kebakaran dan ini mengganggu populasi sapinya," tuturnya.

Bahkan, kata Oke, di pertengahan 2020 ancaman depopulasi sapi ini terjadi. Di mana salah satu indikatornya adalah Australia sudah melakukan pemotongan sapi yang berkelamin betina namun dengan batasan.

Tujuannya untuk menjaga Australia tetap menjadi pemasok terbesar atau salah satu pemasok dunia. Di mana menurutnya, Australia ini pemasok kedua setelah Brasil.

Oke menjelaskan, bagi Australia depopulasi ini akan mengancam kelanjutannya sebagai pemasok dunia. Namun, saat ini sedang diperbaiki dan akibat kebakaran hutan pola makan sapi berubah yang tadinya berbasis rumput sekarang berbasis biji-bijian.

"Australia mulai membuka importasi pakan berbasis biji-bijian. Ini yang kejadian di Australia dan sedangkan tadi pakan yang berbasis biji-bijian itu termasuk komoditi yang super cycle harganya sudah tinggi karena rebutan," ucapnya.

Oke mengatakan ketersediaan daging sapi atau kerbau pada April 2021 sebesar 76.116 ton terdiri dari stok akhir Maret 27 ribu dan sapi bakalan sapi potong 38.800 ekor yang setara dengan daging 7.444 ton. Daging kerbau India yang tersedia itu ada 10024 ton daging sapi Brasil baru masuk sekitar 196 ton daging sapi impor yang dilakukan oleh swasta pun sudah masuk 18.780 ton.

"Dan produksi lokal 14.429 ton. Data-data ini diperoleh dari hasil rapat koordinasi terbatas yang dilaksanakan pada tanggal 31 Maret dikoordinasikan oleh Kementerian Perekonomian," katanya.