JAKARTA - Harga daging sapi di pasar tradisional mulai merangkak naik menjadi Rp. 124 ribu per kilogram. Sebelum Ramadan, harga daging sapi berkisar antara Rp. 115 ribu hingga Rp. 120 ribu per kilogram. Namun, Kementerian Perdagangan menilai kenaikan harga daging sapi segar saat ini masih terbilang normal.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan masalah tingginya harga daging sapi di Indonesia disebabkan karena banyaknya daging yang diimpor berasal dari Australia. Tercatat, sekitar 52 persen total ekspor Australia adalah sapi.
"Tapi Australia mengalami gangguan ekspor untuk sapi. Karena terjadi kebakaran dahsyat tahun 2019 yang menyebabkan runtuhnya struktur persapian Australia," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 16 April.
Kebakaran membuat harga daging hidup dari yang awal diperkirakan 2,8 dolar AS menjadi 4,8 dolar AS atau setara dengan Rp. 51 ribu. Harga tersebut, kata Lutfi, belum termasuk biaya penggemukan, pemotongan hingga menjadi karkas. Sementara, harga karkas sudah mendekati Rp. 100 ribu.
BACA JUGA:
"Nah karena mendekati 100 ribu dengan value chain dari perdagangan," tuturnya.
Menurut Lutfi, seharusnya daging sapi di pasaran lebih tinggi daripada harga saat ini. Namun, harga saat ini stabil. Kata dia, ada dua faktor yang menyebabkan harga daging saat ini stabil.
Pertama, kata Lutfi karena masuknya sapi lokal ke pasar dalam negeri. Sehingga, mengkompensasi kekurangan impor dari Australia yang harganya tinggi. Kedua, karena COVID-19 permintaan daging sapi di sektor Horeka membuat harganya meningkat dan merupakan hal yang wajar.
"Jadi saya melihat harga sapi hari ini yang Rp. 124 ribu per kilogram, normal dan baik," tuturnya.