JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi meminta kepada semua pihak termasuk masyarakat agar tidak membesar-besarkan kenaikan harga telur dan ayam ras di pasar. Hal ini agar para pelaku usaha di sektor ini merasakan untung di bulan puasa setelah lama merugi.
Kementerian Perdagangan mencatat rata-rata harga daging ayam ras sebesar Rp37.000 per kilogram (kg) per 15 April 2021. Angkanya naik dari pekan lalu atau 8 April yang sebesar Rp35.100 per kg dan 15 Maret 2021 yang masih Rp34.200 per kg.
Tak hanya daging ayam, harga telur ayam ras juga naik menjadi Rp26.300 per kg per 15 April 2021. Pada pekan lalu, harganya masih sebesar Rp25.400 per kg.
"Saya mohon izin jangan dibicarakan dulu masalah ayam dan telur ayam ini. Karena fluktuasi sangat tinggi dan bukan pengusaha besar dan peternakan juga. Jangan dibikin gede-gede, biarkan mereka mendapat keutungan yang banyak di bulan Ramadan," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 16 April.
Lebih lanjut, Lutfi mengatakan, kenaikan harga pangan masih terbilang normal jika masih di bawah 3 persen. Kenaikan itu biasanya terjadi karena musiman dan cuaca hujan.
"Telur ayam ras memang fluktuasi tinggi pada Ramadan, itu mereka untung empat bulan dalam satu tahunnya, mereka alami kerugian delapan bulan dalam satu tahunnya," jelasnya.
BACA JUGA:
Meski begitu, Lutfi berjanji untuk tahun depan, akan ada regulasi yang lebih baik terkait harga telur ayam ras dan daging ayam ras. Hal ini agar harganya lebih konsisten.
Sebelumnya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan pemantauan harga komoditas pangan selama kuartal I atau periode Januari hingga April, di seluruh Indonesia yang terbagi dalam 6 wilayah kerja. Dari hasil pemantauan, di awal Ramadan terdapat kenaikan harga yang sangat signifikan untuk telur dan daging ayam.
Deputi Kajian dan Advokasi KPPU Taufik Ariyanto mengatakan dari wilayah kerja I hingga VI, harga komoditas pangan terpantau mengalami kenaikan sebesar 10 hingga 30 persen.
"Secara umum kecuali dari komoditas daging sapi, daging ayam, cabai, telur, itu relatif stabil. Di luar komoditas tadi, (stabil) untuk periode 1," ujarnya dalam konferensi pers KPPU, Jumat, 16 April.
Namun, kata Taufik, untuk beberapa komoditas seperti daging ayam dan telur terdapat lonjakan harga yang cukup signifikan di 6 wilayah kerja. Menurut dia, beberapa faktor yang menyebabkan gejolak harga pangan terjadi.
"Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab untuk cabai masalah panen, faktor cuaca. Kemudian juga ada faktor kendala logistik di mana ada beberapa informasi di lapangan yang menyebutkan hambatan pasokan. Hambatan pasokan untuk masuk ke pasar karena masalah banjir, ada faktor cuaca dan sebagainya," jelasnya.
Kemudian, kata Taufik, faktor lainnya adalah distribusi yang panjang dan berjenjang. Hal ini juga menjadi fokus KPPU. Sebab, faktor ini dapat menyebabkan harga tidak simetris. Maksudnya, harga di tingkat petani stabil atau turun namun harga di tingkat konsumen justru naik.
Lebih lanjut, Taufik berujar jalur distribusi yang masih berjenjang dan panjang dari petani sampai ke pasar untuk sampai ke konsumen menjadi pekerjaan rumah (PR) yang belum terselesaikan hingga saat ini.
"Ini yang kami duga. Dugaan bahwa terjadi di daging ayam dan telur ayam. Dimana harga ayam di tingkat hilir atau di tingkat konsumen naik tetapi dari beberapa pemberitaan yang kami pantau selama ini harga di tingkat peternak relatif malah turun," ucapnya.