Bagikan:

KLUNGKUNG - Fenomena kemunculan berbagai mural bernada kritik terhadap pemerintah di tembok-tembok kota dinilai sebagai cara masyarakat menyampaikan ekspresinya di masa pandemi COVID-19.

Namun, ramai soal mural yang bernada kritikan dan dinilai menyinggung tokoh tertentu.  Tidak hanya langsung dihapus, pembuat muralnya pun ada yang dicari aparat.

Tetapi, untuk di Kabupaten Klungkung Bali, berbeda, malah Pemerintah Kabupaten Klungkung, membuat mural  sebagai ekspresi pemerintah daerah untuk mengkritik warga dalam hal pengelolaan sampah.

Mural itu berada pada tembok tempat olah sampah setempat (TOSS) di Dusun Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung. Mural itu dibuat untuk mengkritik buruknya penanganan sampah yang dilakukan oleh warga.

"Edukasinya (untuk) bahaya sampah dan apa yang harus dilakukan," kata Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta dalam keterangannya, Senin, 30 Agustus. 

Suwirta mengatakan adanya mural tersebut bermula dari perjalanan panjang sampai bisa mengajak masyarakat memilah sampah dari rumah. Selain itu, Toss Center sering dikunjungi tamu termasuk siswa. Karenanya, dibuat mural untuk mendukasi masyarakat.

"Toss dijadikan edukasi dan rekreasi (karena) ada ruang kosong untuk itu (mural)," imbuhnya.

Mural tersebut, dibuat di tembok yang memiliki panjang 410 meter persegi dengan jumlah 50 lukisan, di Dusun Karangdadi, Desa Kusamba, Kabupaten Klungkung, Bali,  yang dimulai pada pertengahan Juli dan saat ini sudah selesai dan pelukisnya adalah Ketut Sumadi dari Nusa Penida, Klungkung, Bali.

DOK Pemkab Klungkung Bali

Sementara untuk pembuatannya menggunakan biaya dari dana corporate social responsibility (CSR) dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali.

"Gambar itu, berurut dari buang sampah sembarangan sampai dampak. Baru upaya mengatasi dan produk turunan kompos untuk pertanian dan pertamanan," ungkapnya.

"Lewat edukasi ini, masyarakat sadar bahaya sampah dan muncul kesadaran sendiri memilah sampah dari rumah dan ikut serta menjaga lingkungan," ujar Bupati Suwirta.