JAKARTA - Menghindari kerumunan dalam penerapan protokol kesehatan sangat sulit dilakukan oleh masyarakat dalam penerapan hidup kenormalan baru di tengah pandemi COVID-19. Padahal hal ini sangat penting untuk memutus rantai penularan virus.
Demikian diungkap Saiful Munjani Research and Consulting (SMRC) berdasarkan hasil survei. Adapun survei ini mengenai respons kebijakan pemerintah di masa pandemi COVID-19. Survei ini dilakukan pada periode 18-20 Juni 2020 kepada 1.978 responden.
Survei dilakukan dengan menghubungi responden lewat telepon. Responden ini merupakan masyarakat yang telah disurvei pada periode sebelumnya. Margin of error dalam survei ini sebesar 2,2 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Responden diminta menjawab soal kepatuhan pelaksanaan protokol pencegahan COVID-19 di kehidupan sehari-hari. Hasilnya, masyarakat paling sulit untuk mematuhi anjuran untuk menghindari kerumunan demi pencegahan penularan virus corona.
"Menghindari kerumunan tampak paling sulit dilakukan. Mayoritas masyarakat sebanyak 74 persen mengaku pernah setidaknya sekali dalam seminggu terakhir berada di kerumunan atau mengikuti kegiatan yang dihadiri lebih dari 5 orang," kata Direktur Komunikasi SMRC Ade Armando dalam rilis survei SMRC secara virtual, Kamis, 25 Juni.
BACA JUGA:
Selebihnya, hanya 19 persen masyarakat mengaku tidak pernah berada di kerumunan dalam satu minggu sekali. Kemudian, 6 persen lainnya menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
"Meski demikian, mayoritas masyarakat mengaku lebih sering menerapkan protokol lainnya seperti mengenakan masker ketika ke luar rumah, mencuci tangan dengan sabun secara rutin, dan menjaga jarak," ungkap Ade.
Rinciannya, pada protokol penggunaan masker, 91 persen masyarakat mengaku sering mengenakan masker saat keluar dari rumah, 8 persen mengaku jarang mengenakan, dan 1 persen mengaku tidak pernah mengenakan masker.
Kemudian, pada protokol mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, sebanyak 97 masyarakat mengaku sering mencuci tangan, dan selebihnya 4 persen masyarakat jarang mencuci tangan.
Lebih lanjut, pada protokol menjaga jarak, sebanyak 86 persen masyarakat mengaku sering menjaga jarak, 12 persen jarang menjaga jarak, 2 persen tidak pernah menjaga jarak, dan 1 persen tidak menjawab.