BKKBN Sebut Angka Kematian Ibu Hamil saat Pandemi Meningkat 10 Kali Lipat
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (Foto: bkkbn.go.id)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, kematian ibu hamil akibat pandemi COVID-19 sangat tinggi, bahkan mencapai 10 kali lipat.

Menurut data dari Perkumpulan Obstetri dan Gineologi Indonesia (POGI), hingga bulan April sebanyak 536 ibu hamil di Indonesia terpapar COVID-19, dari jumlah tersebut 16 orang meninggal atau diperkirakan setiap 1.000 ibu hamil, 32 di antaranya meninggal. Sementara dalam kondisi normal tidak ada pandemi, rata-rata angka kematian Ibu adalah setiap 1.000 orang Ibu hamil kira-kira ada 3 yang meninggal. 

"Jadi jumlah kematian ibu hamil saat pandemi ini sangat tinggi 10 kali lipatnya.” Ungkap Kepala BKKBN Dokter Hasto Wardoyo saat hadir dalam Pencanangan Vaksinasi COVID-19 Bagi Ibu Hamil di Balai Kota DKI Jakarta, dilansir dari situs resmi BKKBN, Jumat, 20 Agustus.

Menurut Hasto, peluang ibu hamil terkena COVID-19 adalah sama besarnya dengan orang lain, namun apabila terkena COVID-19 ibu hamil memiliki risiko yang berlipat kali lebih tinggi. Maka vaksinasi pada ibu hamil ini menjadi sesuatu yang strategis untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Hadir dalam Pencanangan Vaksinasi COVID-19 Bagi Ibu Hamil di antaranya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Direktur Indofood Franciscus Welirang, Ketua POGI (Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia) Ari Kusuma Januarto, dan Ketua Umum IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Emi Nurjasmi.

Hasto menyampaikan, apresiasinya terhadap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta karena kecepatan dalam vaksinasi ibu hamil sejak Kementerian Kesehatan menerbitkan izin vaksinasi pada 2 Agustus 2021.

"Hingga saat ini sudah melakukan vaksinasi pada 1.754 ibu hamil,” ujar Hasto.

Lebih lanjut, menurut Hasto, BKKBN menjadi salah satu lembaga yang diberikan tugas oleh Presiden Republik Indonesia untuk melakukan percepatan vaksinasi khususnya bagi ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 12-17 tahun melalui program vaksinasi keluarga. 

Kementerian Kesehatan dan BKKBN juga sudah melatih bidan untuk menjadi vaksinator, jumlah yang dilatih sekitar 50 ribu orang. Dengan harapan nantinya mereka bisa melakukan vaksinasi diseluruh Indonesia.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, BKKBN sejak dua bulan yang lalu diberi tugas ikut serta dalam percepatan vaksinasi bagi Ibu hamil dengan pertimbangan karena BKKBN memiliki pasukan banyak, karena pada bulan Oktober nanti akan datang sekitar 7,1 juta vaksin sehingga membutuhkan seperti bidan praktek mandiri karena mereka ada disekitar masyarakat. 

Airlangga Hartarto juga menegaskan bahwa ibu hamil memiliki risiko yang lebih tinggi apabila terpapar COVID-19 tentu saja berisiko juga pada bayi yang sedang dikandung dan juga Dokter. Pemerintah pada akhir tahun ini menurutnya juga menargetkan bisa melakukan vaksinasi pada 70 persen dari jumlah penduduk.

Hasto menambahkan, mulai hari ini tugas Puskesmas sangat berat disamping mengerjakan tugas rutin ditambah juga penanganan COVID-19 dan vaksinasi. Sehingga jika Bidan praktek mandiri bisa membantu vaksinasi, maka akan sangat mendukung percepatan vaksinasi, di samping itu juga dapat mengurai terjadinya kerumunan. 

Hasto dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan harapannya agar penanganan stunting juga bisa dilakukan secara kompak dan bersama lintas sektor seperti yang dilakukan dalam penanganan pandemi. 

“Stunting tidak kalah penting karena stunting akan meninggalkan bekas yang luar biasa menyangkut kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia ke depan," pungkas Dokter Hasto.