JAKARTA - Tingginya angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) di Indonesia dipengaruhi jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu selama masa subur (TFR). Hal itu berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
“Kami sampaikan bahwa hubungan erat TFR dengan AKI bukan rahasia lagi. Artinya bahwa tidak hanya masalah birth to birth interval, jumlah rata-rata total anak atau TFR juga berkontribusi besar terhadap AKI dan AKB,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis, Jumat 22 April.
Hasto menuturkan, hasil data Supas tahun 2015 menyebutkan angka kematian ibu di Indonesia telah menyentuh 305 kematian per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan hasil Pendataan Keluarga (PK21) tahun 2021 menyebutkan TFR turun menjadi 2,24, setelah menyentuh angka 2,45 pada tahun 2019.
Angka TFR yang masih tinggi itu, menyebabkan target pada angka kematian ibu yang ditetapkan pemerintah dalam Sustainable Deveopment Goals (SDGs) menjadi 70 per 100 ribu kelahiran hidup sulit untuk dicapai.
“Bahkan kami di tahun 2024 itu, sebetulnya pemerintah juga mentargetkan menjadi 183 per 100 ribu kelahiran hidup dan seterusnya. Akan tetapi itu menjadi target-target yang sangat menantang,” ujar dia, dikutip Antara.
Selain TFR, kelahiran kelompok wanita umur tertentu (ASFR) juga berkontribusi dalam penurunan AKI dan AKB.
Data PK21 di akhir tahun 2021 menunjukkan ASFR Indonesia menyentuh 20,5 per seribu. Artinya jumlah perempuan yang hamil dan melahirkan antara usia 15-19 tahun itu ternyata juga mengalami penurunan per seribunya.
BACA JUGA:
Padahal, bila negara berhasil menurunkan angka kematian pada ibu dan bayi, maka angka prevalensi kekerdilan pada anak (stunting) juga dapat ikut menurun dengan cepat.
Menurut Hasto, BKKBN telah melakukan sejumlah upaya agar bisa menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian tersebut. Misalnya, memperluas mitra Dinas-dinas KB di kabupaten/kota langsung kepada Dinas KB di kabupaten/kota dan penyelenggaraan Gerakan Sejuta Akseptor.
Ketua Umum PP POGI Ari Kusuma Januarto mengajak semua pihak untuk berperan dalam berkolaborasi bersama dalam penurunan angka kematian ibu di Indonesia.
“Semua pihak harus terlibat, karena menurutnya seorang ibu nantinya akan menghasilkan generasi mendatang untuk bangsa ini,” tandasnya.