JAKARTA - Militer Amerika Serikat kemungkinan akan tetap tinggal di Afganistan setelah tanggal 31 Agustus, untuk melakukan evakuasi terhadap warga Amerika Serikat, sementar Departemen Pertahanan memeroleh otorisasi mengendalikan penerbangan untuk keperluan tersebut.
Hal ini dikatakan langsung oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden, seiring kian besarnya tekanan untuk memperpanjang tenggat waktu penarikan terakhir yang dia tetapkan sebelumnya.
"Jika ada warga Amerika yang tersisa, kami akan tinggal sampai kami mengeluarkan mereka semua," ujar Presiden Biden seperti mengutip Reuters dari ABC Kamis 19 Agustus.
Presiden Biden mendapat kecaman keras atas penanganan penarikannya, yang dalam beberapa hari terakhir didominasi oleh adegan kekacauan di dalam dan sekitar bandara Kabul dengan orang-orang yang mati-matian berusaha keluar dari negara itu.
Namun, Presiden Biden membela keputusannya, dengan mengatakan masalah tidak bisa dihindari dalam mengakhiri keterlibatan AS selama 20 tahun di sana.
"Gagasan bahwa entah bagaimana, ada cara untuk keluar tanpa kekacauan yang terjadi, saya tidak tahu bagaimana itu bisa terjadi," tukas Presiden Biden.
Kecepatan pasukan Taliban merebut kembali Afghanistan, ketika AS dan pasukan asing lainnya menarik diri, telah menyebabkan adegan kacau di bandara dengan diplomat, warga asing dan warga Afghanistan mencoba melarikan diri tetapi mereka terhalang oleh kerumunan dan pos pemeriksaan Taliban.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk terus mencoba dan meredakan konflik dan membuat jalan bagi mereka untuk sampai ke lapangan terbang. Saya tidak memiliki kemampuan untuk keluar dan memperluas operasi saat ini ke Kabul," terang Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin kepada wartawan di Pentagon.
Terpisah, Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) mengatakan, maskapai penerbangan domestik dan pilot sipil dapat terbang ke Bandara Kabul untuk melakukan penerbangan evakuasi atau bantuan, dengan persetujuan Departemen Pertahanan AS sebelumnya.
BACA JUGA:
FAA menyebut maskapai AS tidak dapat terbang di wilayah udara Afghanistan atau terbang ke Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, jika tidak memiliki persetujuan. Sementara, penerbangan lain dilarang untuk melintas di atas Afghanistan, jika tidak mengantongi izin dari FAA.
"Semua penerbangan bantuan ke Kabul harus mendapat izin dari Departemen Pertahanan," kata FAA merujuk pada terbatasnya layanan kontrol lalu lintas udara di Afghanistan saat ini.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada wartawan Rabu malam waktu setempat, militer AS pada hari terakhir mengevakuasi sekitar 1.800 orang dengan 10 C-17. Sejak 14 Agustus, Amerika Serikat telah mengevakuasi hampir 6.000 orang.
Sementara, seorang juru bicara Pentagon mengatakan kepada wartawan, militer AS telah mengambil alih kendali lalu lintas udara di bandara Kabul.