Ashraf Ghani: Seandainya Saya Tinggal di Sana, Seorang Presiden Terpilih akan Digantung di Depan Rakyat
Presiden terguling Afghanistan Ashraf Ghani. (Wikimedia Commons/DFID - UK Department for International Development)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Afghanistan terguling Ashraf Ghani menyatakan mendukung pembicaraan antara Taliban dengan mantan pejabat tinggi, sekaligus membantan tuduhan dia mentransfer sejumlah besar uang sebelum keluar dari negara tersebut.

Berbicara dalam video yang dibuat di Uni Emirat Arab (UEA), menjadi penampilan publik pertamanya setelah keluar dari Afghanistan Hari Minggu lalu, Ashraf Ghani menegaskan kembali, Ia keluar untuk menghindari pertumpahan darah lebih besar.

Dalam video yang juga disiarkan di halaman Facebook-nya, dia menyebut tidak berniat untuk tetap tinggal di pengasingan dan sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan.

Dia juga mengatakan dia melakukan upaya untuk 'menjaga pemerintahan Afghanistan atas negara kita', tanpa memberikan rincian.

"Untuk saat ini, saya berada di Emirat agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan," kata Ghani dari UEA, yang mengkonfirmasi pada Rabu bahwa ia ditampung di sana dengan alasan kemanusiaan, mengutip CNA 18 Agustus.

Dia menyuarakan dukungan untuk pembicaraan yang diadakan Rabu antara anggota senior gerakan Taliban, pendahulu Ghani Hamid Karzai serta Abdullah Abdullah, yang memimpin proses perdamaian yang akhirnya gagal.

"Saya ingin proses ini sukses," katanya.

Abdullah, saingan lama Ghani, yang mengumumkan presiden telah meninggalkan negara itu pada Hari Minggu, menunjukkan bahwa dia akan diadili dengan keras. Tetapi, Ghani bersikeras bahwa dia telah pergi untuk kebaikan negara, dan bukan untuk kesejahteraannya sendiri.

"Jangan percaya siapa pun yang memberi tahu Anda, jika presiden Anda menjual Anda dan melarikan diri untuk keuntungannya sendiri dan untuk menyelamatkan hidupnya sendiri. "Tuduhan ini tidak berdasar dan saya sangat menolaknya," kritiknya.

"Saya diusir dari Afghanistan sedemikian rupa, sehingga saya tidak mendapat kesempatan untuk melepas sandal dan memakai sepatu," tambahnya, menggaris bawahi dia tiba di UEA dengan tangan kosong.

Dalam kesempatan tersebut Ashraf Ghani mengklaim, Taliban telah memasuki Kabul meskipun ada kesepakatan untuk tidak melakukannya.

"Seandainya saya tinggal di sana, seorang presiden terpilih Afghanistan akan digantung lagi tepat di depan mata rakyat Afghanistan sendiri," ungkapnya.

Ghani memenangi Pemilu Presiden Afghanistan pada tahun 2014, setelah mengalahkan pesaingnya Abdullah Abdullah dalam dua putaran pemilihan. Ghani keluar sebagai pemenang setelah mengantongi 3.935.567 suara atau 55,27 persen.

Untuk diketahui, pertama kali merebut Kabul dan merebut kekuasaan pada tahun 1996, Taliban kemudian menyeret mantan presiden Mohamed Najibullah dari kantor PBB tempatnya berlindung, kemudian menggantungnya di jalan umum setelah menyiksanya.