Menebak Maksud Korut Meledakkan Kantor Penghubung Komunikasi dengan Korsel
Ilustrasi (Sumber: Jens Johnsson/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara meledakkan kantor penghubung yang digunakan untuk berkomunikasi dengan Korea Selatan. Rekonsiliasi yang sudah dibangun negara Korea hampir tiga tahun tersebut kembali mundur. Spekulasi terkait maksud dari tindakan Korut ini lantas bermunculan. 

Media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa gedung empat lantai yang terletak di Kota Kaesong, zona demiliterisasi utara yang memisahkan kedua Korea, diledakkan pada pukul 02:50, kemarin. Terlihat asap membubung di atas tempat itu dari sisi perbatasan Korea Selatan tak lama setelah kejadian.

Menurut CNN yang merangkum dari banyak pendapat ahli, ada maksud dibalik penghancuran kantor perbatasan Korut tersebut. Ditengarai hal itu dilakukan untuk mendorong dialog kembali antara Korsel dan Korut. Tapi kali ini di tanah Korut. Simbolis ini mungkin menjadi titik balik dalam hubungan antara dua negara yang telah berkomitmen untuk memulai era perdamaian baru sejak tiga tahun lalu. 

Korea Utara berdalih keputusannya menghancurkan kantor penghubung merupakan tindakan balasan kepada Korsel. Karena diduga menjadi dalang dibalik penyebaran selebaran agitasi anti-Korut oleh sekelompok pembelot di zona demiliterisasi utara.

Korut menggambarkan kejadian tersebut sebagai "Tindakan bodoh yang berani baru-baru ini merusak martabat kepemimpinan tertinggi kita," tulis pernyataan pemerintah Korut dikutip KCNA pada Selasa. "Dunia dengan jelas melihat hukuman berat apa yang akan dijatuhkan rakyat kita kepada pihak Korea Selatan dan bagaimana mereka menghapus sampah manusia dari bumi," tertulis. 

Korea Utara mengklaim selebaran itu melanggar kesepakatan yang dicapai Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada pertemuan puncak pertama mereka tahun 2018. Saat itu mereka sepakat untuk menghentikan semua tindakan yang mengundang permusuhan, termasuk penyebaran agitasi. 

Sebelum hubungan kembali merenggang, kantor penghubung tersebut dibuka kembali dan diperbaharui sebagai bagian dari kesepakatan untuk membantu kedua Korea berkomunikasi. Namun upaya rekonsiliasi kembali mundur ketika minggu lalu Korut mengumumkan akan memutus semua komunikasi dengan Korsel. Setelah itu mereka juga mengumumkan akan kembali mengerahkan pasukan ke perbatasan Korea. 

Sementara itu Kim Yo Jong, adik Kim Jong Un menuntut pemerintah Korsel menghukum para pembelot yang ia sebut "pengkhianat," "sampah manusia" dan sumpah serapah lain. "(Mereka) yang berani menyinggung keagungan Pemimpin Tertinggi kami yang martabatnya luar biasa," katanya pada Sabtu lalu. 

Respon Korsel

Sebelumnya kantor penghubung  telah ditutup sejak 30 Januari karena pagebluk virus corona baru menurut Kementerian Unifikasi Korea Selatan. Staf Korea Selatan tidak pernah mengunjungi gedung itu lagi sejak itu. 

Seorang pejabat di Gedung Presiden Korea Selatan menyebut peledakkan kantor penghubung itu merupakan "tindakan pengkhianatan terhadap harapan semua pihak yang menginginkan peningkatan hubungan antar-Korea dan penyelesaian perdamaian di Semenanjung Korea". Menindaklanjuti masalah itu, Kementerian Pertahanan Korea Selatan bilang sedang memantau angkatan bersenjata Korea Utara dan akan sangat menanggapi setiap provokasi militer. 

Masih menurut CNN, para ahli mengatakan selebaran tersebut kemungkinan membuat marah para pemimpin politik Korut. Namun menjelang Selasa, sejumlah analisis menduka Korea Utara sengaja membuat masalah untuk menciptakan krisis. Mirip taktik yang pernah Pyongyang gunakan sebelumnya, ketika menciptakan urgensi terkait negosiasi politik untuk menebarkan perselisihan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan. 

Sementara itu, otoritas Korsel mengatakan sedang menyelidiki para pembelot yang mengirim selebaran itu. Pada Senin, Moon Jae-in bilang sangat penting bagi Korut kembali ke meja perundingan daripada ke masa konfrontasi.

"Korea Selatan dan Korea Utara harus menjaga keyakinan optimis mereka dan mengambil setiap langkah menuju rekonsiliasi nasional, perdamaian dan penyatuan," kata Moon. "Janji perdamaian di Semenanjung Korea yang dibuat Ketua Kim Jong Un dan saya, di depan 80 juta orang Korea tidak dapat dibatalkan," pungkasnya.