Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjelaskan ada beberapa proses di internal kementerian dalam menunjuk direksi untuk perusahaan-perusahaan pelat merah. Salah satunya dengan sistem talent pool.

Seperti yang diketahui, belakangan ini Menteri BUMN Erick Thohir sedang gencar merombak jajaran direksi di beberapa perusahaan pelat merah. Di antaranya, Wijaya Karya, Pertamina, Telkom, Semen Indonesia, dan BUMN lainnya.

Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan, sistem talent pool itu akan menyeleksi calon yang tepat menjadi direktur di BUMN. Talent pool ini dikelola oleh Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Alex Denni.

"Di sini ada yang namanya talent pool BUMN, makanya jangan heran antar BUMN sering ganti jadi di sana, kemudian dipindah ke sini, karena memang satu talent pool ini akan dilihat oleh timnya. Dari situ dilihat mana yang dikira cocok untuk posisi ini. Nanti dia kan seleksi," ujar Arya, dalam diskusi virtual, Selasa, 17 Juni.

Kemudian, lanjut Arya, setelah lolos seleksi tahap talent pool BUMN, kandidat harus melewati tahap selanjutnya seleksi berdasarkan portofolio oleh wakil meteri BUMN.

"Seleksi dilanjutkan di masing-masing wakil menteri berdasarkan portofolio. Mereka yang seleksi, nanti menteri lihat, apakah perusahaan tersebut strategis atau tidak," jelasnya.

Jika perusahaannya strategis, kata Arya, maka nama tersebut juga akan dipilih oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). BUMN strategis yang dimaksud, yakni PT Pertamina (Persero), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, dan beberapa bank.

"Kalau strategis itu sampai level top sampai ke presiden. Aturan ini sudah sejak lama, sejak zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)," ucapnya.

Arya menegaskan, proses yang sama juga dilakukan jika ada beberapa pihak yang mengajukan nama secara langsung kepada Kementerian BUMN. Menurut Arya, pemerintah terbuka dengan masukan seluruh pihak.

"Sama saja kan kami terima masukan berbagai pihak. Apalagi untuk ke depan Pak Menteri kita mulai terbuka juga dari luar, jadi kesempatan untuk mendapatkan putra putri terbaik bangsa semakin besar," tuturnya.

Wajar Pemilihan Direksi Jadi Sorotan Publik

Arya menilai, wajar jika saat ini isu pergantian komisaris atau direksi di perusahaan negara menjadi perhatian publik. Sebab, ekonomi Indonesia hampir 50 persen diputar oleh BUMN.

"Melihat kapitalisasinya, makanya wajar ketika semuanya beralih pandang ke BUMN," tuturnya.

Menurut Arya, perhatian publik terhadap BUMN juga tidak terlepas dari kontribusinya terhadap layanan publik sehingga kadang memicu pro dan kontra. Apalagi, BUMN sahamnya dimiliki oleh pemerintah yang mana hal ini sama saja perusahaan tersebut milik rakyat.

"Menyangkut banyak kepentingan publik dan banyak keuntungan juga itu yang membuat BUMN itu (jadi sorotan). Berhubungan dengan publik, BUMN milik rakyat, sahamnya dimiliki pemerintah, sehingga mau tidak mau mata itu akan selalu melihat. Normal saja sebetulnya kalau jadi sorotan," ucapnya.