JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson mengatakan, Inggris tidak dapat mengganti lanskap budaya dan segala kompleksitas sejarahnya. Jika hal itu terjadi, potensi penyimpangan masa lalu Inggris akan terbuka. Kata-kata tersebut merupakan tanggapan dari banyaknya aksi protes berkelanjutan dengan merusak atau merobohkan patung-patung tokoh sejarah.
"Jika kita mulai membersihkan catatan dan menghapus semua gambar-gambar kecuali mereka yang sikapnya sesuai dengan apa yang kita mau, kita terlibat dalam kebohongan besar, sebuah distorsi dari sejarah kita," kata Johnson, dilansir dari Reuters, Senin, 15 Juni.
Johnson juga membela Winston Churchill yang patungnya telah dirusak. Ia mengatakan bahwa "tidak masuk akal dan menyedihkan" jika sebuah monumen mantan PM Inggris tersebut berada dalam bahaya. Beberapa waktu lalu, patung Winston Churchill disemprot dengan grafiti saat aksi protes di London, dengan klaim bahwa mantan PM tersebut rasis.
"Dia adalah seorang pahlawan. Dan saya berharap saya tidak sendirian yang mengatakan akan melawan dengan setiap napas di tubuh dalam upaya mengeluarkan patung itu dari Parliament Square, dan semakin cepat perisai pelindungnya (tersedia) semakin baik," katanya.
Banyak monumen tokoh sejarah di Inggris telah ditutup ketika pemrotes anti-rasisme turun ke jalan setelah kematian orang Afrika-Amerika George Floyd. Para peserta aksi protes berpendapat bahwa beberapa patung pahlawan merupakan gambaran mereka terhadap masa lalu imperialis Inggris.
Wali Kota London Sadiq Khan mengatakan, "patung kunci" lainnya, termasuk salah satu dari Nelson Mandela, akan dilindungi. Hal tersebut dikarenakan ada risiko bahwa patung itu dapat menjadi "titik awal kekerasan". Sikap itu dilakukan setelah patung pedagang budak Edward Colston dibuang ke pelabuhan di Bristol selama protes 'Black Lives Matter' pada Minggu, 7 Juni.
Mengapa Churcill dianggap rasis?
PM Johnson mengagumi sosok Winston Churcill. Ia juga menulis biografi Churchill dan beberapa orang yang dekat dengan Johnson mengatakan bahwa Sang PM begitu ingin meniru gaya Churcill.
Namun, banyak catatan yang menunjukkan bahwa Churchill menyatakan pandangan rasis dan anti-Semit secara terang-terangan. Para kritikus juga menyalahkan Churcill yang menolak mengirim makanan ke India selama peristiwa kelaparan 1943. Kelaparan tersebut menewaskan lebih dari dua juta orang.
Churchill juga mengatakan kepada Komisi Kerajaan Palestina bahwa ia tidak mengakui kesalahan yang telah dilakukan terhadap penduduk asli Amerika atau penduduk asli Australia. "Ras yang lebih kuat, ras yang lebih tinggi, ras yang lebih duniawi, telah datang dan mengambil tempat," kata Churcill.
BACA JUGA:
Melansir CNN, Churchill juga sering menjadi sasaran tuduhan palsu atau berlebihan. Tetapi, sebenarnya dia mengatakan hal-hal yang cukup mengerikan, seperti dia membenci orang-orang dengan "celah mata dan ekor babi" yang merujuk pada warga India. Baginya, orang-orang dari India adalah "orang paling jahat di dunia selain orang Jerman."
Churcill juga mengakui bahwa dia "tidak benar-benar berpikir bahwa orang kulit hitam mampu seperti orang kulit putih." Pada 1943, Wakil Presiden AS Henry Wallace menantang gagasan Churcill tentang superioritas Anglo-Saxon.
Menurut buku harian Wallace: Dia (Churcill) berkata mengapa minta maaf tentang superioritas Anglo-Saxon, kita lebih unggul, kita memiliki warisan bersama yang telah dikembangkan selama berabad-abad di Inggris dan telah disempurnakan oleh konstitusi.