Telepon PM Truss dan Ucapkan Selamat: Presiden Biden Bahas Invasi Rusia, Tantangan China hingga Nuklir Iran
Liz Truss saat melakukan panggilan telepon. (Twitter/@trussliz)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberi ucapan selamat kepada Perdana Menteri Inggris yang baru Liz Truss, berjanji memperkuat hubungan kedua saat berbicara melalui telepon Hari Selasa.

"Saya berharap dapat memperdalam hubungan khusus antara negara-negara kami, bekerja dalam kerja sama yang erat dalam tantangan global, termasuk dukungan berkelanjutan untuk Ukraina karena mempertahankan diri dari agresi Rusia," kata Presiden Biden dalam sebuah unggahan di Twitter, melansir Reuters 7 September.

Dikatakan, kedua pemimpin itu bisa bertemu segera setelah Sidang Umum PBB pada Bulan September mendatang.

Kantor Perdana Menteri Inggris mengatakan dalam sebuah pernyataan, Presiden Biden dan PM Truss membahas pendalaman kerja sama NATO, serta perjanjian keamanan AS-Australia-Inggris yang dibuat tahun lalu sebagai balasan terhadap China.

PM Truss berharap untuk "bekerja sama dengan Presiden Biden sebagai pemimpin demokrasi bebas untuk mengatasi tantangan bersama, terutama masalah ekonomi ekstrem yang ditimbulkan oleh perang Putin," kata pernyataan itu.

Terpisah, Gedung Putih dalam sebuah pernyataan mengatakan, kedua pemimpin membahas kelanjutkan kerja sama erat di Ukraina, mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh China, mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir, dan "mengamankan sumber daya energi yang berkelanjutan dan terjangkau."

Seorang pejabat AS mengatakan, Gedung Putih mengharapkan banyak kesinambungan dari Boris Johnson ke PM Truss, bahwa Presiden Biden dan PM Truss kemungkinan akan bersekutu dalam melawan invasi Rusia di Ukraina dan meningkatnya pengaruh China di Indo-Pasifik.

Diketahui, Presiden Biden berhubungan baik dengan Boris Johnson. Tetapi, dia bisa memiliki ketegangan dengan PM Truss terkait Irlandia Utara.

Sebagai anggota parlemen, ia memperkenalkan undang-undang untuk membatalkan Protokol Irlandia Utara, yang merupakan bagian dari perjanjian penarikan Inggris dari Uni Eropa.

Ini memprioritaskan melindungi Perjanjian Jumat Agung 1998, atau Perjanjian Belfast, untuk perdamaian di wilayah yang dikelola Inggris.

Presiden Biden bersikeras bahwa Inggris tidak melakukan apa pun yang dapat membahayakan perdamaian seperempat abad di Irlandia Utara.

Pernyataan Gedung Putih mengatakan, Presiden Biden dan PM Truss "membahas komitmen bersama mereka untuk melindungi keuntungan dari Perjanjian Belfast, serta pentingnya mencapai kesepakatan yang dinegosiasikan dengan Uni Eropa tentang Protokol Irlandia Utara."