SURABAYA - Ribuan anak-anak di Jawa Timur bertahan hidup seorang diri alias yatim piatu. Lantaran kedua orang tua mereka meninggal dunia setelah terinfeksi COVID-19.
"Jumlahnya ada sekitar 5.082 anak-anak yang yatim piatu, karena orang tuanya meninggal karena COVID-19," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan Jatim (DP3AK Jatim), Andriyanto, dikonformasi, Rabu, 4 Agustus.
Mengetahui kondisi itu, Andriyanto mengaku akan berberkolaborasi dengan berbagai pihak, mulai lembaga masyarakat, forum anak, dan stakeholder lainnya. Tujuannya untuk pemulihan psiko sosial terpadu bagi anak-anak setelah kehilangan orang tuanya.
Caranya dengan memberikan pendampingan psikolog untuk dilakulan asesmen, penguatan psikis terhadap ribuan anak tersebut.
"Kami saat ini masih melakukan proses pendataan by name by address. Pendataan ini untuk dilakukan intervensi, dan pemberian bantuan spesifik kepada mereka," ujarnya.
Anak-anak tersebut, lanjut Andriyanto, nantinya juga akan diberikan peningkatan kapasitas, dengan edukasi dan pelatihan kewirausahaan oleh pelatih profesional yang dibutuhkan anak-anak remaja. Caranya akan melalui daring atau luring di UPTD Dinas Sosial Provinsi Jatim.
"Kami juga bekerja sama dengan Dinas Dukcapil untuk memastikan Anak-anak tersebut memperoleh hak-hak sipilnya, misalnya akta kematian orangtua, akta kelahiran, KK yang ada namanya, kartu identitas anak dan perekaman KTP bagi yang mau berusia 17 tahun," katanya.
Selain itu, angka kematian akibat COVID-19 di Jatim mencapai 21.012 orang per 2 Agustus 2021. Dari jumlah itu, angka kematian anak-anak terinfeksi covid-19 bertambah dari 93 menjadi 114 jiwa. "Ada 114 anak yang meninggal dunia akibat infkesi covid-19. Rinciannya 50 anak usia 0-5 tahun dan 64 anak usia 6-18 tahun," katanya.
BACA JUGA:
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Jatim Alwi, mengaku dirinya juga masoh melakukan pendataan terhadap anak yatim piatu, yang orang tuanya menjnggal terpapar COVID-19. Nantinya, pihaknya akan melakukan asesmen terhadap anak yatim piatu.
"Terpenting adalah asesmen. Misalnya di salah satu kabupaten/kota ditemukan ada tiga anak yatim piatu, maka hanya tiga itu saja yang akan diasesmen. Intinya lebih kepada upaya penyelematan dan perlindungan anak," ujarnya.
Alwi menyampaikan ada beberapa aspek yang telah disiapkan. Seperti faktor kejiwaan anak, kalau mengalami trauma dan kejiwaannya terguncang, dinsos segera melakukan pendampingan untuk diberikan pemahan serta edukasi.
"Kalau anak itu kesulitan ekonomi nggak bisa sekolah, akan kita tawarkan barang kali mau di UPTD kita, akan dipelihara oleh kita," katanya.