Bagikan:

SURABAYA - Sebanyak 6 ribu anak di Jawa Timur berstatus yatim piatu, setelah kedua orang tuanya meninggal terpapar COVID-19. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengaku menyiapkan langkah perlindungan pengasuhan dan pendidikan, untuk menjamin masa depan mereka. 

"Anak yatim piatu itu harus mendapat perlindungan dari pemerintah. Termasuk pengasuhan dan pendidikan mereka," kata Khofifah, di Surabaya, Rabu, 25 Agustus.

Berdasarkan data yang diterima Khofifah, ada 6 ribu anak yatim piatu itu tersebar di 38 kabupaten/kota di Jatim. Tapi Khofifah belum bisa menyampaikan detail, data anak yatim piatu yang hidup seorang diri, tanpa pengasuh dari tetangga atau keluarga lainnya. 

"Tapi tidak sedikit anak yang akhirnya hidup sendiri, bisa jadi ada anak yang kemudian diasuh keluarga," ujarnya.

Sementara terkait keberlangsungan hidup dan masa depan anak yatim piatu itu, Khofifah mengaku sudah berkoordinasi dengan panti asuhan dan pondok pesantren (ponpes) di Jatim. Koordinasi tersebut membahas masalah regulasi pada setiap panti asuhan.

"Misalnya, berapa usia anak yang bisa mereka tampung (ponpes atau panti asuhan), lalu apa saja persyaratannya,'" ujarnya.

Kata Khofifah, koordinasi sangat penting karena tidak semua panti asuhan menerima anak usia remaja. Demikian juga ponpes, tidak semua menerima anak usia yang masih kecil. 

"Jadi, persyaratan ini untuk memastikan agar anak yang terkonfirmasi yatim piatu akibat covid-19 itu, bisa diterima dan diasuh oleh pasnti asuhan dan ponpes tersebut," katanya.

Pada prinsipnya, lanjut Khofifah, dirinya ingin mempertahankan masa depan anak yang tekronfirmasi yatim piatu itu aman. Karena mereka memiliki banyak harapan, sehingga pendampingan untuk mereka sangat dibutuhkan.

"Pendampingan oleh pengasuh akan menjaga kualitas hidup dan pertumbuhan mereka terjaga. Dengan begitu, anak yang terkonfirmasi yatim piatu tetap memiliki semangat untuk menyongsong masa depan," ujarnya.

Khofifah mengaku juga sudah mengomunikasikan permasalahan tersebut kepada NU dan Muhammadiyah. Dia berharap, lembaga tersebut memberi pengasuhan keppada anak yang terkonfirmasi yatim piatu. "Kami juga berharap mereka memberi pengasuhan dan pendidikan yang tepat," ujarnya.

Ketua Umum PP Muslimat NU ini menambahkan banyak hal yang hilang ketika anak terkonfirmasi yatim piatu akibat COVID-19 yakni kasih sayang dan jaminan pendidikan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur ingin mengambil langkah untuk menyelamatkan mereka. 

"Sebab, mereka butuh suasana yang kondusif seiring perkembangannya," katanya.