Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 10 orang terluka dalam aksi penembakan massal di New York City, Amerika Serikat, Sabtu malam waktu setempat. Korban yang berusia antara 19 hingga 72 tahun dilarikan ke rumah sakit setempat.

Dalam keterangannya Minggu waktu setempat, Departemen Kepolsian Koat New York menyebut, pihaknya mendapatkan panggilan 911 tentang penembakan sekitar pukul 10:38 malam, kata Asisten Kepala Galen Frierson, dari Patroli NYPD Borough Queens North pada konferensi pers Minggu 1 Agustus waktu setempat.

"Sebuah laporan awal menunjukkan, dua laki-laki mendekati ke arah timur di trotoar di sisi utara 37th Avenue dari 97th Street sambil mengacungkan senjata api," kata Frierson, seperti mengutip CNN Senin 2 Agustus.

"Penembak maju ke arah kerumunan, melepaskan banyak tembakan sebelum melompat kembali ke dua skuter yang dikendarai oleh dua pria lain dan melarikan diri dari tempat kejadian," sambung Frierson.

Aparat Kepolisian New York sekarang sedang mencari empat orang yang mereka duga berada di balik penembakan itu. Mereka digambarkan sebagai laki-laki yang mengenakan topeng dan dengan penutup kepala.

"Hanya ada satu tema umum yang ingin saya sampaikan, yaitu tema berulang yang terus terjadi, dan itu harus dihentikan di seluruh kota," jelas James Essig, kepala detektif, mengatakan selama konferensi pers.

"Itu (serangan) anggota geng bersenjata, banyak senjata di tempat kejadian, skuter digunakan, topeng dan target terakhir yang tidak diinginkan terkena. Ini tidak dapat diterima di jalan-jalan kami di New York City dan itu harus dihentikan," tegasnya.

Polisi yakin tiga dari 10 yang terluka adalah anggota geng Trinitarios dan tujuh korban lainnya bukan sasaran yang disengaja, kata Essig.

"Meningkatnya kekerasan senjata telah menjadi kenyataan kehidupan sehari-hari di wilayah luar dan bagi komunitas kulit berwarna. Ini bukan hanya masalah Manhattan yang menjadi berita utama, karena kami khawatir akan menakuti turis," Anggota Dewan Kota New York Francisco Moya asal Corona, Queens, lokasi penembakan massal kali ini terjadi dalam sebuah pernyataan.

"Kami mencoba untuk bertahan dari pandemi COVID-19 dan pandemi kekerasan senjata. Inilah sebabnya saya bekerja untuk membawa lebih banyak peluang intervensi ke lingkungan kami melalui untuk menghentikan kekerasan," sambungnya.

Untuk diketahui, 'The Gun Violence Archive' mencatat penembakan massal Queens sebagai salah satu dari lima penembakan massal yang terjadi pada Hari Sabtu. Penembakan massal juga terjadi di Indiana, Illinois, Ohio dan Kentucky, kendati tidak ada korban jiwa, GVA melaporkan Minggu.