Bagikan:

JAKARTA - Pandemi COVID-19 di Indonesia tak hanya membawa kematian. Kini Indonesia juga mengalami kemungkinan konsekuensi ledakan angka kelahiran bayi pasca-pagebluk COVID-19.

Pada April, ketika orang-orang di seluruh Indonesia tinggal di rumah akibat pembatasan kegiatan, sekitar sepuluh juta pasangan menikah berhenti menggunakan kontrasepsi, menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Data tersebut dikumpulkan dari klinik dan rumah sakit yang mendistribusikan kontrasepsi.

Melansir New York Times, Kamis, 11 Juni, banyak wanita tidak bisa mendapatkan akses untuk mendapatkan suntik kontrasepsi karena penyedia layanan kesehatan ditutup. Sementara masyarakat lainnya tidak ingin mendapat risiko karena takut terserang virus corona.

Sekarang, otoritas Indonesia akan menghadapi angka kelahiran yang tidak direncanakan tahun depan. "Kami takut meninggalkan rumah, belum lagi pergi ke rumah sakit, yang mana sumber dari semua penyakit," kata Lana Mutisari, seorang wanita yang tinggal di pinggiran Jakarta.

 

Hasto Wardoyo, dokter kandungan dan ginekolog yang juga merupakan kepala BKKBN, memperkirakan ada 370 ribu hingga 500 ribu kelahiran tambahan pada awal 2021. “Kami melakukan distribusi dari pintu ke pintu sambil membagikan paket makanan pokok. Kami juga memberikan suntikan (KB) gratis. Kami juga membawa pil KB,” kata Hasto.

BKKBN juga meningkatkan upaya kampanyenya dengan terjun ke lapangan dan lewat media sosial. Mereka juga menggunakan truk dengan pengeras suara untuk mendorong pasangan menunda kehamilan sampai krisis COVID-19 berakhir.

Kunjungan klinik secara rutin sebagian besar terganggu akibat COVID-19 yang mana telah menyebabkan lebih dari 34 ribu terinfeksi COVID-19 dan hampir 1.900 kematian. Keterlibatan pihak berwenang Indonesia dengan KB dimulai pada 1970, ketika di bawah pemerintahan Presiden Soeharto. Pemerintah saat itu mempromosikan penggunaan kontrasepsi.