Otoritas Kesehatan AS Terbitkan Pedoman Berhubungan Seks Selama Pandemi, Hasilnya Tak Begitu Menyenangkan
Ilustrasi foto (Cyrus Crossan/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Selama pagebluk COVID-19, banyak hal yang dihindari untuk menekan penyebaran virus, tidak berkontak fisik salah satunya. Namun bagaimana dengan seks? Departemen Kesehatan New York, Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengeluarkan pedoman yang dapat menepis kekhawatiran akan aktivitas seks. Bagaimana seks yang aman di tengah kondisi pandemi.

Pedoman baru Depkes New York masih mendesak orang-orang untuk tinggal di rumah dan meminimalisir kontak dengan orang lain sebanyak mungkin. Pedoman ini juga menekankan besarnya hasrat berhubungan seks ketika pasangan harus berdiam di rumah.

Dilansir CNN, Rabu, 10 Juni, pedoman tersebut dibuat untuk mengurangi risiko penyebaran COVID-19. Pedoman tersebut telah diperbarui secara berkala untuk mencerminkan perubahan pemahaman penyakit. Transmisibilitas COVID-19 melalui berhubungan seks belum diteliti secara seksama.

Para ilmuwan telah menemukan virus corona dalam tinja dan air mani pria, bahkan setelah pria sudah pulih dari COVID-19. Hal tersebut berarti ada kemungkinan virus itu dapat ditularkan secara seksual. Tetapi, hal tersebut tidak cukup diketahui. Beberapa ilmuwan juga berpikir itu tidak mungkin.

Namun, menurut Departemen Kesehatan New York, virus corona tidak mudah menyebar melalui hubungan seks. Hal tersebut dikarenakan para ilmuwan tahu virus corona adalah penyakit pernapasan yang menularnya dari droplet.

Tapi, ada perdebatan lain. Karena COVID-19 dapat menyebar melalui air liur, pihak departemen kesehatan menyarankan orang-orang mungkin harus memakai penutup wajah atau masker saat berhubungan seks. Yang lebih buruk, pedoman itu menyarankan pasangan masturbasi bersama.

"Jadilah kreatif dengan posisi seksual dan meminimalkan kontak fisik, seperti dengan dinding, yang memungkinkan kontak seksual sekaligus mencegah kontak muka dengan muka. Atau orang-orang dapat bermasturbasi bersama dan menjaga jarak secara fisik," kata pedoman itu.

Depkes New York juga mengingatkan masyarakat bahwa "Anda adalah pasangan seks teraman diri sendiri". Pilihan teraman berikutnya adalah hanya melakukan seks dengan pasangan rumah tangga Anda. Namun, jika ada minat untuk berhubungan seks dengan seseorang di luar rumah tangga, pedoman ini menyarankan untuk memilih pasangan yang dipercaya untuk berbicara tentang faktor risiko COVID-19 dan topik seks aman lainnya.

Pertahankan hubungan seks dengan dua orang karena "pertemuan besar dalam jenis apa pun tidak aman selama COVID-19." Jika seseorang ingin "membuat perkumpulan" untuk berhubungan seks, pilih ruang yang lebih besar, lebih terbuka, dan berventilasi baik. Jangan lupa kenakan masker dan bawa pembersih tangan.

Bagi mereka yang ingin berhubungan seks di luar lingkaran kontak mereka, pedoman tersebut menyarankan untuk mengecek diri sendiri akan gejala dan tes COVID-19 setiap bulan. Mereka harus kembali tes COVID-19 dalam waktu lima hingga tujuh hari setelah berhubungan seks.

Selain itu, lakukan tindakan pencegahan saat berinteraksi dengan orang-orang yang berisiko terkena penyakit parah. Orang yang berusia lebih dari 65 tahun atau orang dengan kondisi medis serius perlu lebih berhati-hati.

Depkes juga mengingatkan bahwa memiliki antibodi terhadap virus atau diagnosis positif sebelumnya tidak berarti mereka akan kebal terhadap penyakit. Pedoman tersebut tetap menyarankan masyarakat berhati-hati dalam membuat keputusan tentang dengan siapa mereka akan berhubungan seks.

Depkes New York bukan satu-satunya yang mendorong orang untuk mengambil tindakan pencegahan selama pandemi. Pedoman dari Washington DC menekankan hubungan seks hanya dilakukan jika kedua belah pihak merasa memiliki kebersihan tangan dan mainan seks yang baik. Oregon menggunakan grafik untuk menyampaikan maksudnya. San Francisco menyarankan orang untuk membatasi hubungan seks hanya dengan "pasangan utama".