<i>Black Lives Matter</i> Menginspirasi Prancis Reformasi Lembaga Kepolisian
Ilustrasi foto (Jack Finnigan/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Aksi solidaritas terkait pembunuhan George Floyd oleh Derek Chauvin, polisi Minneapolis, Amerika Serikat (AS) meluas ke berbagai negara. Polisi jadi sasaran protes. Di Prancis, pengaruhnya cukup besar. Kementerian Dalam Negeri turun tangan mereformasi lembaga kepolisian.

Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner menyatakan segera melakukan reformasi kelembagaan pada kepolisian. Bagi Castaner, kepolisian harus kembali ke muruahnya sebagai penegak keadilan dan pengayom masyarakat.

Dilansir The New York Times, Castaner mengatakan, satu poin terpenting dalam reformasi adalah meniadakan prosedur penangkapan kekang leher yang berisiko. Kami membahas betapa prosedur ini begitu berbahaya dalam artikel "Mendalami Teknik dan Prosedur Pengekangan Leher nan Mematikan ala Polisi Minneapolis".

Langkah ini akan segera dieksekusi. Sekolah kepolisian jadi sasaran pertama. Prosedur pengekangan ini, kata Castaner segera dihapus dari kurikulum sekolah-sekolah polisi di Prancis.

Selain itu, negara juga akan membekali setiap polisi dengan kamera tubuh. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa aman dan kepercayaan masyarakat terhadap kepolisian, di samping mengontrol tindak-tanduk polisi di lapangan juga, pastinya.

Oleh karenanya, kala ada seorang perwira polisi yang dicurigai berlaku rasis, maka dengan segera oknum tersebut akan diskors langsung. Hal itu diungkapnya supaya rasisme tak tumbuh subur di Prancis.

"Rasisme tidak memiliki tempat di masyarakat kita dan bahkan di kepolisian Republik kita. Saya tidak akan membiarkan tindakan kebencian dari beberapa orang menstigmatisasi semua. Saya menolak untuk mengatakan bahwa institusi (polisi) adalah rasis, tetapi ya beberapa oknum polisi adalah rasis," kata Castener.

“Polisi Prancis bukan polisi Amerika, tidak ada yang harus mempertaruhkan nyawanya selama penangkapan," tambahnya.

Sebelumnya, pada hari Sabtu, ribuan orang tampak mengikuti unjuk rasa menuntut keadilan bagi para pelaku rasisme. Beberapa ada yang menyuarakan “Black Lives Matter” untuk Floyd, serta sisanya bersolidaritas turut menyuarakan keadilan bagi seorang warga kulit hitam Prancis berusia 24 tahun, Adama Traore yang tewas dalam sebuah operasi polisi pada 2016.