Bagikan:

JAKARTA - Gelombang unjuk rasa di Amerika Serikat terus bergulir sebagai bentuk protes atas pembunuhan George Floyd di Minneapolis dan kebrutalan polisi terhadap warga kulit hitam lainnya. Di tengah pagebluk COVID-19 seperti saat ini, pakar kesehatan memperingatkan kemungkinan peningkatan infeksi penyakit akibat aksi unjuk rasa. Namun, pada akhirnya, mungkin para demonstran menganggap epidemi kebrutalan polisi lebih berbahaya daripada COVID-19. 

Kekhawatiran merebaknya COVID-19 datang dari seorang dokter yang turut bergabung ke dalam gerakan demonstrasi, Kim Sue. "Ada kekhawatiran bahwa aksi protes bisa menjadi ajang penyebaran besar," katanya dikutip The Guardian. Lalu apakah ini artinya ikut melakukan gerakan unjuk rasa sekarang ini sangat berisiko?

Dokter Sue bilang, setiap orang punya perhitungan beban risiko mereka sendiri berdasarkan pemahaman mereka. Tidak ada satu tolok ukur yang pasti. "Itulah kenapa sangat penting untuk membicarakan tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk meminimalkan risiko," katanya.

Banyak orang yang telah merasa bahwa rasisme dan kebrutalan polisi mengubah perhitungan risiko mereka terhadap penyakit. Dokter Amerika keturunan Afrika, Georges Benjamin, mengatakan bahwa risiko ditembak dan dibunuh oleh petugas polisi di beberapa komunitas mungkin jauh lebih tinggi daripada risiko terkena COVID-19.

Benjamin bilang perspektif kesehatan masyarakat adalah semua tentang risiko. "Memang benar faktanya kita melihat adanya lonjakan penyakit. Namun pada akhirnya, kami juga masih melihat epidemi kekerasan polisi yang seperti tiada akhir," katanya. 

Pada masa pagebluk COVID-19 ini, tinggal di rumah adalah upaya yang harus dilakukan untuk menjadi warga negara yang baik. Tapi tidak semua orang bisa berlama-lama tinggal di rumah. Itu adalah sebuah hak istimewa. 

Karena kasus rasisme ini, keistimewaan tersebut terenggut. Karena kondisi ini, orang-orang memang sudah sepatutnya turun ke jalan. Memang tidak pernah ada saat yang nyaman untuk memprotes.

Cegah penyakit saat aksi

Kendati emosi meluap-luap, semangat menuntut keadilan begitu membara. Namun, upaya menerapkan protokol pencegahan pagebluk tetap wajib dilakukan. Lalu, bagaimana caranya mencegah penyebaran penyakit meski sedang berada di kerumunan massa?

Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan menurut Dokter sekaligus Direktur Eksekutif Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika, Georges Benjamin. Pertama, berusahalah pergi ke kerumunan yang lebih kecil. Selain itu upaya standar pencegahan seperti menggunakan masker, membawa hand sanitizer juga tak boleh luput.

Upaya lainnya yang bisa dilakukan adalah hindari berjabatan tangan dan sebisa mungkin jangan abaikan menjaga jarak fisik. "Banyak orang yang merasa unjuk rasa adalah suatu hal yang harus mereka lakukan, dan kami (Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika) mendukung hak mereka untuk melakukan itu," tukasnya. 

Sementara itu Dokter Kimberly Sue menyarankan agar tidak mengikuti aksi unjuk rasa setiap hari. "dari sudut pandang penularan penyakit, saya akan merekomendasikan orang-orang mungkin untuk pergi satu kali dalam seminggu dan melakukan pengorganisasian lain lewat internet," kata Sue.