JAKARTA - Kementerian Perindustrian mengapresiasi perusahaan rintisan (startup) dalam negeri, Neurabot, sebagai pengembang data mining platform terpusat bagi data citra pasien virus corona atau COVID-19 yang telah teridentifikasi.
Neurabot adalah perusahaan yang menjadi bagian dari gugus tugas kecerdasan buatan dan teknologi informasi (Task Force AI & TI) dalam penanganan pagebluk COVID-19 di Indonesia.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengatakan, Neurabot merupakan finalis program Startup 4 Industry yang diinisiasi Kemenperin pada tahun 2018, bersama pakar artificial intelligent (AI) dan akademisi bidang AI di Indonesia.
Selain itu, Neurobot bertugas untuk mengembangkan penerapan teknologi deep learning pada pemeriksaan CT-scan paru-paru, serta foto polos dada (x-ray).
"Ini merupakan salah satu modalitas deteksi cepat kasus COVID-19 dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi. Sehingga dapat membantu pengambilan keputusan klinis dalam pandemi saat ini," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Senin, 8 Juni.
Gati mengatakan, Neurabot adalah startup yang mendapatkan hak cipta di bidang Platform Laboratorium Pemrosesan Citra Digital dengan Teknologi Artificial Intelligence.
"Algoritma AI merupakan salah satu kekayaan intelektual bagi startup yang harus dilindungi. Klinik HKI kami telah memfasilitasi hak cipta dan mereknya," jelasnya.
Lebih lanjut, Gati mengatakan, Kemenperin berharap Neurabot semakin berkembang dan menjadi penyedia teknologi AI di sektor kesehatan sehingga dapat menjadi akselerator implementasi industri 4.0.
"Penumbuhan pelaku startup teknologi menjadi bagian langkah prioritas Kemenperin untuk mempercepat transformasi menuju industri 4.0," tuturnya.
Sementara itu, Founder & CEO Neurabot Indarto menjelaskan, salah satu tantangan yang dihadapi dalam penggunaan teknologi yang dikembangkan adalah mayoritas rumah sakit rujukan COVID-19 masih menggunakan pemeriksaan foto polos dada (x-ray) yang sensitivitasnya lebih rendah dibanding CT-scan paru dosis rendah (LDCT) dalam mendeteksi gambaran perubahan struktur paru pasien.
BACA JUGA:
"Meski demikian, Neurabot bersama pakar AI yang tergabung dalam gugus tugas ini akan tetap berupaya mengolah seluruh sumber data yang ada, termasuk data foto polos dada dan data klinis sebagai penguat untuk menghasilkan solusi identifikasi dini berbasis AI dengan tepat dan cepat," tutur Indarto.
Punya Beberapa Solusi
Indarto mengatakan, Neurabot memiliki beberapa solusi dalam mengidentifikasi dini basis Al dengan cepat dan tepat. Pertama, adalah 'My Lab', yakni platform laboratorium pemrosesan citra digital pertama di Indonesia di bidang kesehatan dan bioteknologi.
Menurut Indarto, melalui platform ini, Neurabot menghadirkan laboratorium digital berbasis citra mikroskopis maupun citra radiologi, yang memungkinkan penggunanya melakukan kolaborasi penelitian, olah data citra digital, digitalisasi serta penyimpanan data.
Solusi kedua Neurabot adalah 'AI Lab' yang mampu mengolah data citra medik maupun bioteknologi yang telah terkumpul dengan bantuan kecerdasan buatan.
"Hasilnya adalah informasi dalam bentuk prediksi, kalkulasi, identifikasi dan segmentasi suatu objek atau kondisi, yang berguna secara langsung saat pengambilan keputusan (decision support system) dalam proses diagnosis suatu penyakit, termasuk saat pandemi COVID-19," tuturnya.
Indarto berujar, Neurabot bertujuan membangun ekosistem dalam bidang ilmu pengetahuan yang menggabungkan teknologi kecerdasan buatan dengan kecerdasan manusia, namun tanpa menggantikan manusia.
"Teknologi ini tidak bermaksud menggantikan seorang expert, tetapi membantu dalam penegakan diagnosis dengan cepat dan tepat. Keputusan akhir dalam diagnosis merupakan tanggung jawab para ahli maupun profesional," jelasnya.