WHO Desak Keterbukaan Data COVID-19, China Bilang ada Informasi Pribadi yang Tidak Bisa Dibagi
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Wikimedia Commons/MONUSCO Photos)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, penyelidikan asal-usul pandemi COVID-19 di China terhambat oleh kurangnya data mentah pada hari-hari pertama penyebaran, mendesak Beijing untuk lebih transparan.

Sebuah tim yang dipimpin WHO menghabiskan empat minggu di dan sekitar pusat Kota Wuhan dengan para peneliti China, mengatakan dalam laporan bersama pada Bulan Maret, virus itu mungkin telah ditularkan dari kelelawar ke manusia melalui hewan lain.

Tim menyebut penyebaran virus lantaran insiden kebocoran dari laboratorium sebagai hal yang sangat tidak mungkin. Namun, sejumlah negara termasuk Amerika Serikat dan banyak ilmuwan yang tidak puas dengan hasil ini. 

"Kami meminta China untuk transparan dan terbuka serta bekerja sama," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers Kamis 15 Juli, seperti mengutip Reuters Jumat 16 Juli. 

"Kami berutang kepada jutaan orang yang menderita dan jutaan orang yang meninggal untuk mengetahui apa yang terjadi," sambung Ghebreyesus.

China sendiri berulang kali menyebut, teori yang mengatakan virus berasal dari kebocoran laboratorium di Wuhan tidak masuk akal, serta senantiasa menegaskan, mempolitisasi masalah ini akan menghambat penyelidikan. 

Dalam jumpa pers reguler pada Hari Jumat, ketika ditanya tentang komentar Tedros, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan, beberapa data tidak dapat disalin atau meninggalkan China karena melibatkan informasi pribadi.

Tedros sendiri akan memberi penjelasan singkat kepada 194 negara anggota WHO pada Hari Jumat ini, mengenai studi fase kedua yang diusulkan, kata pakar darurat utama WHO Mike Ryan.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan rekan-rekan China kami dalam proses itu. Direktur jenderal akan menguraikan langkah-langkah untuk negara-negara anggota pada pertemuan besok, pada hari Jumat," ungkapnya kepada wartawan.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn, yang mengadakan pembicaraan dengan Tedros pada Hari Kamis, mendesak China untuk memungkinkan penyelidikan tentang asal-usul pandemi COVID-19 berlanjut, dengan mengatakan lebih banyak informasi diperlukan.