JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Hari Senin, pihaknya merekomendasikan agar China memantau kematian akibat COVID-19, untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap tentang dampak lonjakan kasus di sana.
China mengatakan pada Hari Sabtu, hampir 60.000 orang dengan COVID-19 telah meninggal di rumah sakit sejak mengabaikan kebijakan nol-COVID bulan lalu, lompatan besar dari angka yang dilaporkan sebelum menghadapi kritik internasional atas data COVID-19-nya.
"WHO merekomendasikan pemantauan kematian, yang memberi kita pemahaman yang lebih komprehensif tentang dampak COVID-19," kata badan PBB itu kepada Reuters, seperti dilansir 17 Janauri.
"Ini sangat penting selama periode lonjakan ketika sistem kesehatan sangat terbatas," sambung WHO.
WHO menambahkan, belum ada waktu yang pasti untuk pertemuan lain dengan pejabat China, setelah Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berbicara dengan Ma Xiaowei, direktur Komisi Kesehatan Nasional China, pada akhir pekan, tetapi akan terus bekerja dengan China untuk memberikan nasihat dan dukungan.
Mengkritik Beijing karena tidak berterus terang tentang skala wabah COVID-19 yang terjadi, WHO mengatakan pada Hari Sabtu bahwa otoritas China telah memberikan informasi tentang kematian di rumah sakit dan rawat jalan, yang memungkinkan pemahaman yang lebih baik tentang situasi tersebut.
BACA JUGA:
Lawrence Gostin, seorang profesor di Georgetown Law, Washington D.C mengatakan, keputusan China untuk mengungkapkan lebih banyak data adalah karena "dorongan WHO".
"Mendapatkan jumlah korban tewas yang lebih akurat itu melegakan," katanya.
"Tetapi akan lebih penting untuk mendapatkan GSD (data urutan genetik) lengkap dari virus yang beredar di China. Itulah perhatian global yang sangat besar," tandasnya.