WHO Segera Kirim Tim ke China Berharap Bisa Tangani COVID-19 Secara Lebih Tepat
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bersama Sekjen PBB Antonio Gueterres (Instagram/@drTedros)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) berencana mengirim tim ke China untuk menyelidiki asal usul pandemi COVID-19. Penyelidikan tersebut nantinya akan dijadikan bekal untuk memerangi penyebaran COVID-19 secara lebih tepat dan baik.

"Mengetahui sumber virus sangat, sangat penting. Kita bisa melawan virus dengan lebih baik ketika kita tahu segalanya tentang virus, termasuk bagaimana virus itu dimulai," kata Direktur Jenderal (Dirjen) WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers virtual.

"Kami akan mengirimkan tim minggu depan ke China untuk mempersiapkan hal itu. Dan kami berharap hal itu akan mengarah pada pemahaman bagaimana virus dimulai," tambahnya.

Melansir The Guardian, Selasa, 30 Juni, Tedros tidak menjelaskan susunan tim atau apa misinya secara spesifik. Para ilmuwan percaya virus itu melompat dari hewan ke manusia, mungkin di sebuah pasar di Wuhan yang menjual hewan eksotis untuk dikonsumsi.

Dirjen WHO juga memperingatkan bahwa pandemi itu "semakin cepat" dan masih jauh dari kata selesai. Tedros juga menyatakan kekhawatiran bahwa wabah terburuk masih akan datang kecuali semua negara di dunia mampu bersatu.

Ketika kasus terus meningkat di AS, sejumlah negara bagian, seperti Arizona, Texas, Florida dan California memberlakukan pembatasan penduduk dan enggan membuat langkah-langkah pembukaan kembali. Sementara, masyarakat Oregon dan Kansas diminta mengenakan masker di depan umum.

Sementara, Gubernur Negara Bagian New York Andrew Cuomo meminta Presiden Donald Trump mengeluarkan perintah untuk mewajibkan penggunaan masker di hadapan umum.

AS sendiri menyumbang lebih dari seperempat kasus virus COVID-19 di dunia. Hampir 2,6 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan 126.131 kematian. Korban kematian global mencapai 504.927, sementara kasus keseluruhan mendekati angka 10,3 juta.

Korban dari penyakit ini juga memburuk di negara lain. Di Inggris, yang memiliki jumlah kematian tertinggi ketiga di dunia, pemerintah memberlakukan tindakan lockdown lokal terhadap kota yang memiliki tingkat infeksi COVID-19 tinggi.

Beberapa toko dan sekolah akan kembali ditutup. Hal tersebut terjadi ketika Inggris menantikan pencabutan pembatasan pada akhir pekan ini.

Di Selandia Baru, dua minggu setelah bersuka cita memiliki jumlah nol pada kasus COVID-19, kembali mendapati dua kasus baru yang mana merupakan kasus impor. Perdana Menteri (PM) Jacinda Ardern memutuskan untuk kembali menutup perbatasan negara.