Bagikan:

JAKARTA - Pasar tradisional dan pusat perbelanjaan masih menjadi lokasi terjadinya penyebaran COVID-19. Terbukti, dengan ditemukannya sepuluh kasus positif di lima pasar yang berada di kawasan Tanah Abang.

Dari sepuluh kasus positif yang ditemukan berdasarkan hasil swab, seluruhnya merupakan pedagang di Pasar Tanah Abang Blok A dan B, Pasar Grosir Metro Tanah Abang, Pasar Central Tanah Abang, dan Pasar Mode Tanah Abang.

Sehingga, dengan ditemukannya kasus positif itu, maka, rencananya Pasar Tanah Abang Blok A dan B akan ditutup sementara selama tiga hari, terhitung dari Rabu, 1 Juli.

Masih maraknya penyebaran COVID-19 di beberapa pasar atau pusat perbelanjaan itu, maka, pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta harus secepatnya mengambil langkah-langkah pencegahan. Sebab, banyak di pasar-pasar tertentu yang penjual dan pembelinya tak menerapakan protokol kesehatan

Analis Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah mengatakan, salah satu langkah tepat mesti dilakukan dengan membentuk tim pengawas. Nantinya, tim tersebut akan menindak dan menghimbau masyarakat yang tak menerapkan prtokol kesehatan.

"Memang seharusnya dibentuk tim pengawas baik itu di pasar tradisional atau di pasar moderen," ucap Trubus kepada VOI, Selasa, 30 Juni.

Selain itu, penenataan letak kios pada pasar tradisional juga harus diatur. Dicontohkan, bagi penjual daging di tempatkan di titik tertentu, begitu juga dengan pedagang pakain.

Dengan begitu, para pembeli tidak perlu mondar-mandir ke titik-titik tertentu untuk membeli barang kebutuhannya. Sehingga, tak perlu juga para pembeli berlama-lama di pasar.

Kemudian, konstruksi antar kios juga seharusnya diatur. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan sekat atau pembatas anatar pedagang. Sehingga, penularan COVID-19 bisa semakin diminimalisir.

"Intinya memang harus ada pengawasan. Setelah itu, bisa dilakukan perubahan-perubahan pada konstruksi kios supaya tidak terjadi penularan," kata Trubus.

Penyebab banyak kasus positif

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani mengatakan, penerapan protokol kesehatan di pasar memang masih buruk. Penjual maupun pembeli seolah acuh pada aturan dan anjuran pemerintah soal langkah atau upaya mencegah penularan COVID-19.

"Penerapan protokol di kegiatan pasar masih banyak terlihat yang belum melakukan baik penjual maupun pembeli," kata Laura kepada VOI, Jumat, 19 Juni.

Misalnya, jaga jarak fisik yang tidak dilakukan. Sehingga, kerumunan orang di pasar tidak bisa dihindari. Dari sini penularan virus lebih mudah terjadi.

Kemudian, munculnya kasus positif di pasar juga karena pemerintah mulai menargetkan pemeriksan di titik-titik rawan penyebaran COVID-19. Dengan begitu, kasus-kasus positif mulai terdeteksi dan jumlahnya pun cukup banyak.

"Pemeriksaan dilakukan di daerah-daerah yang rawan kerumunan termasuk pasar. Jadi untuk menjaring kasus-kasus positif yang mungkin ada," kata Laura.

Ditekankan Laura, untuk keluar dari masa pandemi COVID-19 bukan berarti harus merubah sistem atau pola kebijakan dari pemerintah. Tetapi, lebih kepada konsiten dalam menerapakan protokol kesehatan.

Alasannya, menjaga kesehatan dan kebersihan merupakan satu-satunya cara agar tidak tertular COVID-19 untuk saat ini. Mengingat, obar atau vaksin dari virus ini belum ditemukan.

Selain itu, dari sisi pemerintah, sambung Laura, penting melakukan monitoring secara berkala dengan ketat. Sebab, dengan hal itu penularan atau penyebaran COVID-19 bisa dikendalikan.

"Artinya kalau protokol kesehatan dijalankan akan bisa menekan penularan COVID-19. Saya kira akan tetap masa transisi tetapi perlu dilakukam monitoring ketat agar pelonjakan kasus tidak terjadi," pungkas Laura.