JAKARTA - Terdapat 51 pedagang pasar tradisional di Jakarta terkonfirmasi positif COVID-19. Mereka terkonfirmasi positif setelah menjalani rapid test dan tes swab PCR.
Pedagang yang positif COVID-19 terbanyak berada di Pasar Perumnas Klender dengan total 20 orang. Kemudian, Pasar Rawa Kerbau 14 orang, Pasar Serdang Kemayoran 9 orang, Pasar Induk Kramat Jati 5 orang, Pasar Kedip Kebayoran Lama 2 orang, dan Pasar Mester Jatinegara 1 orang. Data ini masih berjalan seiring pemeriksaan di pasar lain.
"Tes swab sudah dilakukan sejak April lalu oleh pemerintah dan pengelola (pasar)," kata Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPP Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Reynaldi Sarijowan saat dihubungi, Kamis, 11 Juni.
Sementara, secara keseluruhan, sedikitnya ada 439 pedagang di 89 pasar di berbagai daerah positif corona di seluruh Indonesia dengan korban meninggal 27 orang di antaranya.
"Kami telah melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah di beberapa provinsi, dan beberapa daerah telah menjalani rapid test atau swab di pasar," ujar Reynaldi.
BACA JUGA:
Terpisah, Direktur Utama PD Pasar Jaya Arief Nasruddin menjelaskan, sejumlah pasar yang memiliki pedagang positif COVID-19 sudah ditutup selama tiga hari. PD Pasar Jaya juga langsung melakukan penyemprotan disinfektan untuk membunuh virus corona yang ada di dalam pasar.
"Ketika memang ada pasar yang ditemukan pedagangnya terpapar positif Covid seperti beberapa pasar juga kita lakukan penutupan, baik di Klender, Lontar, atau Serdang," kata Arief.
Setelah pasar dinyatakan kondusif dari COVID-19, kata Arief, pihaknya akan kembali membuka operasional pasar kembali agar aktivitas perekonomian bisa berjalan.
Perlu perhatian serius
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPP Ikappi Reynaldi Sarijowan meminta Pemprov DKI menindaklanjuti risiko besar penularan COVID-19 di pasar tradisional. Sebab, kata Reynaldi, pasar adalah ruang pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan sumber penghasilan bagi para pedagang.
Reynaldi menolak opsi penutupan pasar yang dilakukan oleh Pemprov DKI. "Kalau ditutup justru kami menolak. Kami mendorong untuk terus dilakukan test. Ini penting untuk diketahui sejak dini agar protokol kesehatan dilalukan di pasar-pasar," ucap Reynaldi.
Menurut dia, jika penerapan protokol kesehatan di pasar berjalan baik, maka aktivitas jual beli akan tetap menjadi pilihan masyarakat tanpa harus takut penyebaran COVID-19.
"Namun bila protokol kesehatan gagal diterapkan dan tingkat penyebaran covid cukup tinggi di pasar, maka tidak menutup kemungkinan budaya belanja ke pasar tradisional akan bergeser dengan berbelanja menggunakan cara yang lain," tutur Reynaldi.