JAKARTA - Dalam sepekan terakhir, kasus positif COVID-19 pedagang pasar tradisional di Jakarta mengalami kenaikan. Penyebabnya, karena protokol kesehatan tidak diterapkan dengan maksimal.
Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani mengatakan, penerapan protokol kesehatan di pasar memang masih buruk. Penjual maupun pembeli seolah acuh pada aturan dan anjuran pemerintah soal langkah atau upaya mencegah penularan COVID-19.
"Penerapan protokol di kegiatan pasar masih banyak terlihat yang belum melakukan baik penjual maupun pembeli," kata Laura kepada VOI, Jumat, 19 Juni.
Misalnya, jaga jarak fisik yang tidak dilakukan. Sehingga, kerumunan orang di pasar tidak bisa dihindari. Dari sini penularan virus lebih mudah terjadi.
Kemudian, munculnya kasus positif di pasar juga karena pemerintah mulai menargetkan pemeriksan di titik-titik rawan penyebaran COVID-19. Dengan begitu, kasus-kasus positif mulai terdeteksi dan jumlahnya pun cukup banyak.
"Pemeriksaan dilakukan di daerah-daerah yang rawan kerumunan termasuk pasar. Jadi untuk menjaring kasus-kasus positif yang mungkin ada," kata Laura.
Ditekankan Laura, untuk keluar dari masa pagebluk COVID-19 bukan berarti harus merubah sistem atau pola kebijakan dari pemerintah. Tetapi, lebih kepada konsiten dalam menerapakan protokol kesehatan.
Alasannya, menjaga kesehatan dan kebersihan merupakan satu-satunya cara agar tidak tertular COVID-19 untuk saat ini. Mengingat, obar atau vaksin dari virus ini belum ditemukan.
Selain itu, dari sisi pemerintah, sambung Laura, penting melakukan monitoring secara berkala dengan ketat. Sebab, dengan hal itu penularan atau penyebaran COVID-19 bisa dikendalikan.
"Artinya kalau protokol kesehatan dijalankan akan bisa menekan penularan COVID-19. Saya kira akan tetap masa transisi tetapi perlu dilakukam monitoring ketat agar pelonjakan kasus tidak terjadi," pungkas Laura.
BACA JUGA:
137 pedagang pasar tradisional positif COVID-19
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti sebelumnya menyebut, sampai dengan Kamis 18 Juni, ada 137 pedagang pasar yang terinfeksi virus corona.
Hasil ini diketahui dari pengetesan agresif di lingkungan pasar menggunakan metode polymerase chain reaction (PCR). Sebanyak 137 pedagang pasar yang terkonfirmasi positif didapat dari 1.198 pedagang yang diperiksa di 18 pasar tradisional.
"Sebenarnya kalau ada kasus terkonfirmasi, sejak awal kami sudah lakukan tracing di area di pasar tersebut. Untuk yang sekarang agresif itu pada saat masa pelonggaran plus ada pemetaan daerah yang berpotensi rawan," kata Widyastuti kepada wartawan, Kamis, 18 Juni.
Adapun rincian pedagang yang terkonfirmasi kasus positif terbanyak berasal dari Pasar Induk Kramat Jati dengan total 49 orang. Kemudian, pedagang di Pasar Perumnas Klender sebanyak 18 orang, Pasar Tanah Abang 13 orang, Pasar Serdang 14 orang, Pasar Rawasari 14 orang, dan Pasar Petojo Enclek 9 orang.
Selanjutnya, tes di Pasar Pasar Minggu mendapati 3 orang pedagang yang juga positif COVID-19, lalu Pasar Sabeni 3 orang, Pasar Kedip 2 orang, Pasar Thamrin City 2 orang, Pasar Timbul Kelurahan Kartini 2 orang.
Kemudian, Pasar Grogol mendapati 1 orang pedagang terinfeksi COVID-19, Pasar Puri Indah 1 orang, Pasar Obor Gedong 1 orang, Pasar Embrio Makasar 1 orang, Pasar Kompleks Koja 1 orang, Pasar Lenteng Agung 2 orang, dan Pasar Gondangdia 1 orang.