Tiga Provinsi Jadi Perhatian Jokowi karena Tingginya Angka Penyebaran COVID-19
Ilustrasi pemeriksaan laboratorium. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 memperhatikan tiga provinsi yang angka penyebaran virusnya masih tinggi. Hal ini dia sampaikan dalam rapat terbatas terkait penanganan COVID-19.

"Saya ingin kita konsentrasi. Gugus Tugas atau kementerian, dan TNI Polri utamanya, konsentrasi di tiga provinsi yang angka penyebarannya masih tinggi yaitu Jatim, Sulsel, dan Kalsel," kata Jokowi saat membuka ratas yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 4 Juni. 

Kata dia, penanganan COVID-19 di tiga provinsi tersebut butuh perhatian khusus agar penularan virus di sana segera ditekan dan menurun. 

"Tolong, ini jadi perhatian khusus sehingga angka bisa kita tekan lebih turun lagi," tegas mantan Gubernur DKI Jakarta ini.

Diketahui, pada Rabu, 3 Juni kemarin, Jawa Timur mengalami penambahan kasus positif COVID-19 sebanyak 172 kasus. Sehingga, totalnya menjadi 5.310 kasus. Untuk pasien yang sembuh, ada penambahan sebanyak 292 orang dan totalnya mencapai 1.091 orang.

Sementara pasien meninggal, jumlahnya bertambah delapan orang sehingga totalnya mencapai 437 orang. Untuk jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) jumlahnya 6.876 orang, orang dalam pemantauan (ODP) berjumlah 25.081 orang, dan orang tanpa gejala (OTG) tercatat ada 19.090 orang.

Di Sulawesi Selatan, pada tanggal yang sama terjadi penambahan 38 kasus baru positif COVID-19 sehingga totalnya mencapai 1.688 kasus. Sedangkan untuk pasien sembuh saat ini berjumlah 638 orang atau bertambah 11 orang. Jumlah warga meninggal dunia akibat Covid-19 tidak mengalami penambahan atau tetap 75 kasus kematian.

Kemudian di Kalimantan Selatan, ada 1.033 kasus positif COVID-19 atau bertambah sebanyak 64 kasus baru pada 3 Juni kemarin. Kemudian untuk pasien sembuh jumlahnya 101 orang dan yang meninggal dunia mencapai 91 orang.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Joko Widodo ingin agar pelacakan COVID-19 bisa lebih agresif lagi. Namun, dia meminta hal ini dilakukan bukan dengan cara konvensional tapi menggunakan cara yang lebih canggih seperti di Selandia Baru dan Korea Selatan.

"Pelacakan secara agresif dilakukan lebih agresif dengan menggunakan bantuan sistem teknologi komunikasi dan bukan dengan cara konvensional lagi," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas penanganan COVID-19 yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 4 Juni.

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta ini, Indonesia jelas harus meniru negara lain yang memanfaatkan teknologi. Selandia Baru dan Korea Selatan, sambung Jokowi, bisa menjadi contoh negara yang memanfaatkan teknologi untuk melacak penyebaran virus ini.

"Seperti yang kita lihat di negara lain, misalnya di Selandia Baru, mereka menggunakan digital diary. Kemudian di Korsel juga mengembangkan mobile GPS untuk data-data, sehingga pelacakan lebih termonitor dengan baik," ungkapnya.