Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo menginginkan pelacakan penyebaran COVID-19 bisa lebih agresif lagi. Namun, dia meminta hal ini dilakukan bukan dengan cara konvensional tapi menggunakan cara yang lebih canggih seperti di Selandia Baru dan Korea Selatan.

"Pelacakan secara agresif dilakukan lebih agresif dengan menggunakan bantuan sistem teknologi komunikasi dan bukan dengan cara konvensional lagi," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas penanganan COVID-19 yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 4 Juni.

"Seperti yang kita lihat di negara lain, misalnya di Selandia Baru, mereka menggunakan digital diary. Kemudian di Korsel juga mengembangkan mobile GPS untuk data-data, sehingga pelacakan lebih termonitor dengan baik," tambah dia.

Di hadapan para menterinya, Jokowi juga minta jumlah tes virus ini diperbanyak. Setelah 10 ribu spesimen tercapai, Jokowi menaikkan targetnya.

"Dulu saya target 10 ribu sudah terlampaui. Saya harapkan target berikutnya, ke depan, 20 ribu. Ini harus dimulai ke sana," tegasnya.

Sebelumnya, pada Rabu, 3 Juni, jumlah penambahan kasus COVID-19 terus terjadi. Pemerintah mengumumkan, ada penambahan kasus positif sebesar 634 orang. Sehinga total keseluruhan pasien positif mencapai 28.233 orang.

Penambahan juga terjadi untuk pasien yang dinyatakan sembuh. Ada 471 orang dinyatakan sembuh dari COVID-19, sehingga total secara keseluruhan berjumlah 8.406 orang.

Sementara, untuk kasus meninggal mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan dengan data sebelumnya. Sebanyak 35 orang meninggal akibat terjangkit COVID-19 dengan total keseluruhan 1.698 orang.

Untuk kasus orang dalam pemantauan (ODP) jumlahnya mencapai 48.153 orang. Sedangkan, untuk pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 13.285 orang. Ada 11.970 spesimen yang berhasil diperiksa melalui metode polymerase chain reaction (PCR) realtime maupun metode TCM pada hari itu dan seluruhnya sudah berhasil di verifikasi.