Kejar Target Pemeriksaan Spesimen 20 Ribu Per Hari, Jam Kerja Laboratorium Bakal Ditambah
Ilustrasi (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta target pemeriksaan spesimen di tengah pagebluk COVID-19 mencapai 20 ribu tiap hari. Untuk mencapai target itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan menambah jam kerja laboratorium. 

Plt Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Abdul Kadir mengatakan, ada beberapa cara untuk mencapai target pemeriksaan spesimen COVID-19 yang diminta oleh Presiden Jokowi. Pertama adalah penguatan laboratorium.

"Kami memperpanjang jam kerja. Sebab, banyak laboratorium yang jam kerjanya terbatas enam jam perhari karena keterbatasan manusia dan keterbasan logistik. Itu strategi kami," kata Kadir dalam konferensi pers yang ditayangkan secara daring di akun YouTube BNPB, Selasa, 16 Juni.

Hanya saja, penambahan jam kerja ini akan mempunyai akibat lain seperti menambah sumber daya manusia. Sebab, tak mungkin para ahli mikrobiologi yang bekerja di 139 laboratorium aktif saat ini dipaksa bekerja lembur melebihi jam kerja mereka.

Alasannya, jika para pekerja laboratorium itu dipaksa lembur maka yang terjadi adalah mereka bisa kelelahan.

"Tidak mungkin teman-teman saya, ahli biologi, mikrobiologi klinik kita paksakan bekerja sampai overtime di atas enam sampai delapan jam," kata dia.

"Karena mereka akan rentan terinfeksi dan akan terjadi kelelahan di situ, gampang tertular. Selain itu hasil (pemeriksaan laboratorium, red) tidak maksimal," imbuh Kadir.

Sehingga, Kemenkes akan berusaha menambah para pekerja laboratoriumnya agar jam kerja menjadi lebih panjang dari biasanya dan tidak perlu lagi ada libur di hari Sabtu dan Minggu.

Dalam upaya penambahan pekerja laboratorium, Kementerian Kesehatan mengaku telah melakukan pelatihan terhadap 300 tenaga laboratorium selama lima hari, dimulai sejak Senin, 15 Juni. 

Pelatihan ini, sambung Kadir, dinilai perlu mengingat mereka yang berasal dari relawan Gugus Tugas dari bidang politeknik kesehatan ini perlu dilatih secara khusus.

"Karena pekerjaan ini bukan pekerjaan yang gampang. Karena kita bermain-main dengan makhluk halus yang tidak kelihatan, yaitu virus itu. Oleh karena itu, teman-teman yang akan bertugas di laboratorium harus diberikan pelatihan," jelasnya.

Sebenarnya, ada beberapa cara lain yang dipikirkan oleh Kementerian Kesehatan untuk memperkuat laboratorium di tengah pagebluk COVID-19. Termasuk menambah keberadaan laboratorium, "Tapi itu memerlukan biaya dan waktu yang panjang," tegasnya.

Alasan inilah, yang kemudian membuat Kemenkes lebih memilih menambah pekerja untuk memperkuat 139 laboratorium yang sudah ada.

Kadir juga mengatakan, penguatan laboratorium ini juga perlu didukung oleh contact tracing di tengah masyarakat. Sehingga, Kemenkes berharap tim operasional Gugus Tugas di lapangan harus makin agresif melaksanakan contact tracing.

Sebab, keberadaan spesimen ini sangat dibutuhkan agar target 20 ribu pemeriksaan tiap harinya bisa tercapai. "Kalau mencari contact tracingnya tidak aktif. Maka jumlah asupan spesimen tidak mencukupi," kata dia.

Tim Pakar Laboratorium dan Riset Gugus Tugas Nasional Percepatan Penanganan COVID-19 Budiman Bela mengatakan supaya contact tracing ini bisa makin maksimal, peran rumah sakit sangat dibutuhkan.

"Rumah sakit diharapkan tidak hanya berperan menangani pasien tapi juga membantu untuk permasalah epidemiolog. Jadi di rumah sakit ada pelayanan yang turun ke masyarakat atau minimal kerjasama dengan Dinas Kesehatan," katanya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menginginkan pelacakan penyebaran COVID-19 bisa lebih agresif lagi. Namun, dia meminta hal ini dilakukan bukan dengan cara konvensional tapi menggunakan cara yang lebih canggih seperti di Selandia Baru dan Korea Selatan.

"Pelacakan secara agresif dilakukan lebih agresif dengan menggunakan bantuan sistem teknologi komunikasi dan bukan dengan cara konvensional lagi," kata Jokowi saat membuka rapat terbatas penanganan COVID-19 yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Presiden, Kamis, 4 Juni.

"Seperti yang kita lihat di negara lain, misalnya di Selandia Baru, mereka menggunakan digital diary. Kemudian di Korsel juga mengembangkan mobile GPS untuk data-data, sehingga pelacakan lebih termonitor dengan baik," tambah dia.

Di hadapan para menterinya, Jokowi juga minta jumlah tes virus ini diperbanyak. Setelah 10 ribu spesimen tercapai, Jokowi menaikkan targetnya.a

"Dulu saya target 10 ribu sudah terlampaui. Saya harapkan target berikutnya, ke depan, 20 ribu. Ini harus dimulai ke sana," tegasnya.