Bagikan:

JAKARTA - Aksi antirasisme di Amerika Serikat meluas sampai ke Paris, Prancis. Kalau di AS ada kasus George Floyd, di Prancis ada Adama Traore yang juga kulit hitam dan sama-sama meninggal di tangan polisi. 

Kasus kematian warga kulit hitam, Traore (24) memantik unjuk rasa hampir di seluruh negara Prancis. Mengutip BBC, di Paris, sekitar 20 ribu orang sengaja melawan aturan pembatasan sosial untuk menggelar aksi. 

Aksi tersebut awalnya berjalan damai. Tak berapa lama, pawai itu berubah menjadi aksi kekerasan. Massa bentrok dengan aparat. Mereka melempari batu ke arah polisi. Sebaliknya, polisi melontarkan gas air mata kepada massa.

Unjuk rasa juga terjadi di kota-kota lain, termasuk Marseille, Lyon dan Lille. Beberapa demonstran terlihat membawa poster bertuliskan "Black Lives Matter", slogan dari gerakan yang dimulai di AS yang kini telah menyebar secara internasional.

Misteri kasus Traore

Traore meninggal di kantor polisi setelah ditangkap aparat di pinggiran Kota Paris. Traore sudah kehilangan kesadaran ketika diangkut ke dalam kendaraan.

Kematian Traore masih menjadi misteri. Menurut pengakuan salah satu petugas kepada penyelidik, ia dan dua rekannya memang menjepit Traore dengan badannya.

Namun, hasil investigasi resmi menunjukkan Traore meninggal karena alasan medis. Ia didiagnosis mengalami gagal jantung. Akhirnya, pada Kamis lalu, aparat yang menahan Traore dibebaskan dari investigasi polisi.

Setelah kematiannya pada 2016, gerakan unjuk rasa sempat digelar selama beberapa hari di Paris. Kasusnya menjadi seruan untuk menentang kebrutalan polisi di Prancis.

"Hari ini kita tidak hanya berbicara tentang pertarungan keluarga Traore. Tapi ini perjuangan untuk semua orang. Ketika kita bertarung untuk George Floyd, kita berjuang untuk Adama Traore," kata saudara perempuan Traore, Assa yang dikutip AFP.