Sebut DKI Jakarta dan Yogyakarta Paling Berat, Menkes Budi Ungkap Strategi Penanganan Kasus COVID-19 ke DPR
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin/Antara

Bagikan:

JAKARTA - Menteri kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, pihaknya terus meningkatkan kapasitas tempat tidur untuk pasian COVID-19, dimana sebelum lebaran tersedia sekitar 75.000 sekarang dinaikkan ke 107.000. 

"Dan masih punya room sampai naik ke 120.000, tetapi diatas 120.000 posisi kita akan sulit karena sudah 30 persen dari kapasitas seluruh Indonesia," ujar Budi saat rapat kerja bersama Komisi IX DPR secara virtual, Selasa, 13 Juli.

"Sehingga, saya tekankan sekali lagi bahwa apapun yang kita lakukan di rumah sakit tidak akan pernah cukup kalau kita tidak membereskan disisi hulu. Kalau kita tidak disiplin menjaga jarak, memakai masker dan jangan kemana-mana tapi stay at home. Itu penting sekali, karena kalau tidak kasihan teman-teman di rumah sakit, para dokter, nakes, yang nanti akan menerima gelombang pasien yang akan masuk," sambungnya.

Secara nasional, Menkes mengatakan memang masih tersedia ruangan, tetapi untuk di beberapa provinsi kebutuhan kapasitas ruang sudah sangat tinggi karena ledakan dari varian Delta tidak merata. 

 

Virus baru ini terkonsentrasi di Pulau Jawa, tapi Kemenkes melihat varian Delta sudah tersebar keluar Jawa. Diantaranya, Lampung, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Papua Barat, Sebagian Bengkulu dan Kepulauan Riau. 

"Sekarang sudah masuk di radar kita diluar rumah sakit-rumah sakit Jawa. Kalau kita amati penyebarannya dan laju peningkatannya ini ciri dari mutasi varian Delta," jelas Menkes.

Kendati demikian, kata Budi, Kemenkes sudah membuat skenario terkait berapa ruangan dan tempat tidur yang harus ditambah apabila kasus COVID-19 memburuk hingga 30 persen dalam jangka waktu 1-2 Minggu ke depan. Menkes mencatat, daerah yang paling berat kasus infeksinya adalah Yogyakarta dan DKI Jakarta. 

"Yang paling berat akan menghadapi di seminggu sampai dua minggu kedepan kalau ada perburukan 30 persen kira-kira 2-3 persen perhari, adalah Jogja dan DKI. Karena akan kekurangan tempat tidur isolasi dan tempat tidur ICU," kata Menkes.

Menkes Budi mengaku sudah mempersiapkan strategi jika ada kesulitan pemenuhan tempat tidur pasien COVID-19. Kemenkes juga sudah berdiskusi dengan para gubernur masing-masing secara rutin. 

"Kita sampaikan strategi Jogja dan Jakarta berbeda. Karena Jogja yang sudah terisi sekitar 2.000-an tempat tidurnya, BOR-nya 91 persen. Tetapi kamar, tempat tidurnya di Jogja sebenarnya ada 8.200. Yang isolasinya 2.500 sekarang sudah terisi 2.400. Jadi kelihatan tinggi. Tetapi Jogja masih bisa mengkonversi additional 2.000-an deh dipindahkan. Jadi dari 8.247 tempat tidur baru, 2.000-an yang didedikasikan untuk Covid naik jadi 4.000," papar Menkes.

Berbeda dengan DKI Jakarta lantaran yang dikonversi sudah lebih dari 50 persen. Karena itu, perlu juga strategi berbeda untuk ibu kota.

Strategi kedua, lanjut Menkes, jika kasus sudah seperti di Jakarta maka yang dikonversi yaitu satu rumah sakit besar menjadi full khusus untuk Covid. Seperti RS Fatmawati, RS Persahabatan dan RS Sulianti Saroso.

"Itu kita bikin 100 persen untuk Covid. Jadi ada tambahan 1000 kamar disana. Ini juga perlu dilakukan di kota lain kalau BOR-nya sudah makin tinggi dan disertai dengan konversi diatas 50-60 persen," terang Budi. 

Strategi ketiga, yaitu menambah rumah sakit lapangan atau darurat. Dari pengalaman, Kemenkes memanfaatkan fasilitas yang ada kamarnya, tempat tidurnya dan kamar mandi. 

"Daripada bikin baru di lapangan karena lebih sudah. Itu Wisma Haji kita konversi dalam waktu 3-4 hari, ruangannya sekitar 900 mungkin bisa pakai 700-800-an untuk kamar, ada oksigen bisa layani pasien sedang. ICU lebih dari 100 totalnya 900-1.000 tempat tidur ada di Wisma Haji sudah kita bereskan," tuturnya. 

"Itulah 3 strategi sebagai templete untuk daerah yang tingkat lajunya tinggi," kata Menkes Budi menambahkan.