Sambut Baik Pertukaran Tahanan, Rusia, Iran dan Turki Kecam Kelompok Teror di Suriah
Ilustrasi militer Rusia di Suriah. (Wikimedia Commons/Aleksey Yermolov)

Bagikan:

JAKARTA - Moskow, Teheran, dan Ankara menyambut sukses pertukaran lima prajurit Suriah dengan lima militan Suriah yang terjadi pada 2 Juli, kata pernyataan bersama Rusia, Iran, dan Turki, yang diadopsi setelah pertemuan Format Astana ke-16 di Suriah.

"(Kami) menyambut keberhasilan operasi pembebasan bersama para tahanan pada 2 Juli, dalam kerangka Kelompok Kerja Pembebasan Tahanan / Korban Penculikan, Penyerahan Jenazah dan Identifikasi Orang Hilang," bunyi pernyataan bersama ketiga negara seperti mengutip TASS, Kamis 8 Juli

Seluruh pihak mencatat, operasi itu menegaskan kesediaan pihak-pihak di Suriah untuk memperkuat rasa saling percaya dengan bantuan para penjamin Astana. Operasi itu juga menegaskan kembali tekad para penjamin Astana untuk meningkatkan dan memperluas kerja sama mereka di dalam Kelompok Kerja."

Pertukaran itu terjadi di dekat pemukiman Al-Bab, Provinsi Aleppo, dalam proyek kelima Kelompok Kerja, yang beroperasi dalam Format Astana dengan bantuan dari Turki, Rusia, Iran dan PBB.

Baik Rusia, Turki maupun Iran sepakat untuk terus bekerja sama memerangi terorisme, mengutuk meningkatnya aktivitas teroris di berbagai wilayah di Suriah, bunyi pernyataan ketiga perwakilan negara penjamin usai pertemuan internasional ke-16 tentang Suriah dalam format Astana, Kamis 8 Juli.

militer rusia
Ilustrasi militer Rusia di Suriah. (Wikimedia Commons/Mil.ru/Министерство обороны Российской Федерации)

"Menyatakan tekad kami untuk terus bekerja sama memerangi terorisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, menentang agenda separatis yang bertujuan merusak kedaulatan dan keutuhan wilayah Suriah, serta mengancam keamanan nasional negara-negara tetangga," tegas pernyataan tersebut.

"Mengutuk meningkatnya aktivitas teroris di berbagai bagian Suriah yang mengakibatkan hilangnya nyawa tak berdosa, termasuk serangan yang menargetkan fasilitas sipil," sambung pernyataan itu.

Rusia, Iran, dan Turki juga sepakat untuk melanjutkan kerja sama mereka untuk pada akhirnya melenyapkan kelompok teroris ISIS, Jabhat al-Nusra/ Hayat Tahrir al-Sham (semuanya dilarang di Rusia) dan semua individu, kelompok, usaha, dan entitas lainnya. 

Termasuk juga dengan Al-Qaeda (dilarang di Rusia) dan kelompok teroris lainnya, sebagaimana ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB, sambil memastikan perlindungan warga sipil dan infrastruktur sipil sesuai dengan hukum humaniter internasional.

"Menyatakan keprihatinan serius dengan meningkatnya kehadiran dan aktivitas teroris Hayat Tahrir al-Sham dan kelompok teroris berafiliasi lainnya, seperti yang ditunjuk oleh Dewan Keamanan PBB yang menimbulkan ancaman bagi warga sipil di dalam dan di luar daerah de-eskalasi Idlib," tandas dokumen tersebut.

Terpisah, Utusan Khusus Presiden Rusia untuk Suriah Alexander Lavrentiev usai pertemuan Format Astana ke-16 menyebut, perang melawan kelompok-kelompok teror di Suriah harus berlanjut tanpa jeda, sampai benar-benar habis.

"Tidak boleh ada pembersihan teroris, tidak ada rebranding menjadi 'oposisi moderat'. Perang melawan kelompok teror harus terus berlanjut sampai musnah total. Tidak boleh ada jeda di daerah ini," tegasnya.

Ia menambahkan, pernyataan bersama ketiga negara menunjukkan sikap penolakan terhadap kehadiran berbagai kelompok teror di Suriah.

"Kami tidak menerima itu. Ini adalah posisi yang jelas, tidak hanya dari Rusia dan negara-negara penjamin lainnya, tetapi juga dari koalisi anti-Daesh," pungkasnya.