JAKARTA - Anggota Kaukus Indonesia untuk Kebebasan Akademik (KIKA), Robertus Robet mengkuliahi pihak Rektorat Universitas Indonesia setelah memanggil BEM UI. Menurut Robert, Rektorat jangan ahistoris soal Indonesia yang hidup dan tumbuh dari kultur dan budaya aktivisme.
"Indonesia ini kan tumbuh jangan seperti ahistoris. Indonesia ini sejak 60an tumbuh dari protes dan gerakan mahasiswa. Semua elite, terutama pimpinan kampus mestinya sudah terbiasa dengan kultur dan budaya aktivisme," tegas Robert saat dihubungi VOI, Senin, 28 Juni.
Kritik terhadap Rekotrat UI usai BEM UI dipanggil karena mengunggah Jokowi The King of Lip Service di akun media sosial, baik Instagram dan Twitter.
Dalam unggahannya, BEM menyoroti berbagai janji Jokowi yang tidak ditepati dan menyebut eks Gubernur DKI Jakarta ini kerap mengobral janji.
BACA JUGA:
Istana juga telah mengeluarkan respon atas kritik BEM UI dan menyebut itu bukan urusan istana. Seharusnya, sambung Robert, pernyataan ini ditafsir dalam suatu kerangka akademik.
Robert menceritakan, di masa Orde Baru (Orba) saja, pihak rektorat sangat menjaga jarak dengan mahasiswa untuk tidak menjatuhkan sanksi bila melakukan kritik terhadap pemerintah.
Artinya, rektorat telah mengambil sikap yang bijak, menjaga jarak sebagai pimpinan kampus untuk tidak menggunakan pendekatan kekuasaan kepada mahasiswa.