JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin menyebut kantung mata Presiden Joko Widodo (Jokowi) lebih tebal dari miliknya meski usia mereka tak terpaut jauh karena kurang tidur.
Menurutnya, ini terjadi karena eks Gubernur DKI Jakarta tersebut terus memantau perkembangan atau situasi pandemi COVID-19 di Tanah Air. Dia juga memastikan Presiden Jokowi selalu berkonsentrasi penuh dalam mengurus masalah wabah ini.
"Presiden memantau terus dari menit ke menit. Saya tahu tadi malam presiden tidur jam berapa, itu tidak lain (karena, red) memantau situasi, presiden konsentrasi penuh. Usia kami tidak jauh tapi kantong mata presiden itu jauh lebih tebal," kata Ngabali dalam sebuah diskusi daring yang ditayangkan di YouTube, Minggu, 27 Juni.
Adapun hal ini disampaikan oleh Ngabalin untuk menjawab pernyataan epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono. Dalam diskusi yang sama, Pandu meminta agar penanggulangan pandemi COVID-19 sebaiknya dipimpin langsung oleh Presiden Jokowi.
Menurutnya, kepemimpinan satu komando lebih baik ketimbang dipimpin oleh banyak lembaga seperti yang terjadi saat ini. "Kalau dipimpin langsung oleh presiden maka akan satu komando," tegasnya.
BACA JUGA:
Apalagi, selama ini publik kerap dibuat bingung dengan konsep gas dan rem penanganan pandemi COVID-19. Di mana ada pejabat publik yang meminta rem darurat diberlakukan saat pandemi makin parah tapi ada juga yang minta gas tetap diperkencang untuk menguatkan ekonomi.
"(Ini, red) jadi berantem terus. Orang yang senang mengadu kebijakan yang tidak konsisten (kemudian, red) pemerintah itu jadi umpan terus pada kritikus Pak Jokowi. Jadi jangan kita kasih umpan semacam ini," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, angka kasus COVID-19 di Tanah Air terus meningkat. Bahkan, data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Sabtu, 26 Juni kemarin mencatat dari 135.634 spesimen yang diperiksa terdapat 21.095 kasus baru.
Kasus baru pada hari ini merupakan angka tertinggi selama pandemi. Sebelumnya, kasus COVID-19 harian terbanyak terjadi pada 24 Juni dengan 20.574 kasus.
"Total akumulasi kasus positif sejak COVID-19 ditemukan di Indonesia mencapai 2.093.962 orang dan kasus aktif 194.776 kasus," demikian dikutip dari data Kemenkes, Sabtu, 26 Juni.
Provinsi dengan kasus baru terbanyak berada di DKI Jakarta dengan 9.271 kasus dan total 510.667 kasus. Disusul oleh Jawa Barat yang miliki 3.787 kasus baru dengan total 364.315 kasus. Jawa Tengah miliki 2.305 kasus baru dan total 244.241 kasus. Lalu, Jawa Timur miliki 989 kasus baru dan total 168.795 kasus.
"Hasil positif per jumlah spesimen yang diperiksa atau positivity rate minggu ini sebesar 33,3 persen," tulisnya.
Untuk jumlah orang yang diduga tertular COVID-19 atau yang saat ini dikategorikan sebagai kasus suspek, tercatat di angka 129.071 orang. Saat ini, 510 kabupaten/kota dari 34 provinsi telah memiliki kasus COVID-19.