JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan kondisi terkini Ibu Kota di tengah lonjakan drastis kasus COVID-19. Anies mengatakan Pemprov DKI berupaya ekstra menangani lonjakan kasus, tapi juga mengingatkan warga agar menaati protokol kesehatan.
Lewat akun Instagram aniesbaswedan, gubernur DKI mengunggah sejumlah infografis yang menggambarkan betapa gentingnya kondisi Jakarta di tengah lonjakan kasus COVID-19.
“Alarm tanda bahaya itu telah dibunyikan sejak 10 hari yang lalu, ketika apel siaga Patroli Skala Besar Gabungan di Lapangan Blok S, Jakarta Selatan. Pada 13 Juni mulai terjadi lonjakan kasus aktif dan positivity rate COVID-19 di Jakarta,” kata Anies dalam postingannya, Kamis, 24 Juni.
Anies mengunggah gambar kondisi terkini jumlah tempat tidur khusus pasien COVID-19 di rumah sakit se-Jakarta.
“Seandainya kita tidak segera merespons alarm itu, mungkin DKI Jakarta hari ini sudah kolaps. Saat ini kita telah melampaui puncak kasus aktif pada Januari lalu. Ibu kota saat ini dalam kondisi yang memerlukan perhatian ekstra,” kata dia.
“Pemprov DKI telah dan akan terus bekerja keras menambah kapasitas pelayanan kesehatan kita untuk mengantisipasi lonjakan ini. Di awal Juni ada 106 RS rujukan COVID-19 di Jakarta, sekarang ditambah jadi 140 RS. Dari 6.694 tempat tidur untuk isolasi, ditambah jadi 8.524,” sambung Anies.
Tapi itu semua disebut Anies tak cukup. Setelah ditambah pun langsung terisi 90 persen. Dengan adanya varian baru virus corona, laju penularan jauh lebih cepat dari peningkatan kapasitas fasilitas kesehatan.
“Kami di pemerintah tak bisa bekerja sendirian, perlu intervensi bersama masyarakat untuk mengurani lonjakan kasus COVID-19. Masyarakat harus lebih disiplin 3M (mencuci tangan/ memakai masker/ menjaga jarak) dan segera divaksinasi,” ujarnya.
BACA JUGA:
Pemprov DKI ditegaskan Anies terus melaksanakan 3T (testing/ tracing/ treatment) dan bersama penegak hukum terus mendisiplinkan dan lakukan penindakan, penegakan aturan protokol kesehatan PPKM Mikro di seluruh wilayah DKI Jakarta.
“Jakarta amat serius dalam melakukan testing, yang saat ini 13,5 kali lipat dari standar minimal WHO. Tujuannya agar cepat mendeteksi dan menyelamatkan orang-orang yang berisiko. Kami tidak mau mengurangi testing agar terkesan baik-baik saja. Jakarta memang sedang tidak baik-baik saja. Keseriusan testing dan tracing ini terlihat di data hari ini, 45 persen dari kegiatan testing di seluruh Indonesia ada di DKI Jakarta. Ini semua dikerjakan demi melindungi dan demi keselamatan warga Ibu Kota,” papar Anies.