Bagikan:

JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membeberkan kondisi terkini terkait COVID-19 di Ibu Kota. Kasus COVID-19 di Jakarta sudah turun.

“Alhamdulillah, kasus aktif di jakarta per tanggal 12 Agustus ini telah turun di bawah angka 10 ribu kasus. Kasus ini aktif adalah jumlah orang yang positif, yang masih dirawat di RS atau masih melakukan isoman. Angka ini penting untuk kita ketahui, karena berkaitan dengan batas kapasitas fasilitas kesehatan kita,” ujar Anies Baswedan, Sabtu, 14 Agustus. 

Menurut Anies, selama hampir 2 bulan, kasus COVID-19 di Jakarta naik secara eksponensial dengan puncaknya pada tanggal 16 Juli yaitu 113.137 kasus aktif.

“Kitaa ingat pada saat puncak itu tercapai, seluruh kamar RS di Hakarta penuh, bukan hanya ICU, bukan hanya kamar rawat inap, tapi antrean masuk IGD pun panjang, meluber ke selasar-selasa, bahkan kita harus membangun tenda-tenda darurat,” paparnya. 

Untuk menurunkan angka kasus aktif ini disebut Anies membutuhkan waktu. Berkat kerja keras banyak pihak termasuk kedisiplinan warga Jakarta, kurva kasus aktif kembali di bawah 10 ribu dalam waktu kurang dari satu bulan sejak puncak gelombang kedua.

“Kasus aktif ini bisa turun signifikan karena kita bisa menekan penambahan kasus baru. Ingat analogi yang sering saya sampaikan, menambal atap bocor di kala hujan lebat. Di saat hujan lebat dan atap bocor, maka menaruh ember, menaruh baskom di bawah untuk menampung air yang menetes adalah perumpamaan bagi usaha kita memperbesar kapasitas fasilita rumah sakit yang merawat COVID,” sambung Anies. 

 Anies juga menyebut efektifnya pelaksanaan PPKM yang diawasi ketat Forkopimda hingga aparat wilayah. Pelacakan kasus COVID-19 juga ditingkatkan hingga isolasi pasien COVID-19.

“Sekarang apa dampak dari penurunan kasus baru, penurunan kasus aktif, penurunan laju penularan ini? Dampaknya sederhana, beban di fasilitas kesehatan kita di RS-RS jadi berkurang,” ujar dia.

Saat ini menurut Anies tingkat keterisian tempat tidur di RS sebanyak 33 persen dan 59 persen di ICU. Angka ini jauh lebih rendah dari rekomendasi ambang batas maksimal oleh WHO yaitu 60 persen.

Penurunan beban fasilitas kesehatan ini menurut Anies mencegah kematian pasien COVID-19. Karena itu angka kematian pun ikut turun. 

“Sejak pertengahan bula Juni, angka pemakaman dengan protap COVID naik pesat, hingga puncaknya di tanggal 10 Juli. Pada saat itu, 400 saudara kita dimakamkan dengan protokol COVID setiap harinya. Sedangkan kematian terkonfirmasi COVID yang sudah keluar hasil tesnya sempat mencapai angka 200-an setiap hari. Ini gap yang besar antara terkonfirmasi COVID dengan mereka yang mengikuti protokol COVID. Jarak lebar ini menunjukkan bahwa banyak warga yang meninggal sebelum tesnya keluar, banyak warga yang baru datang ke fasilitas RS kondisinya sudah berat dan juga ini menggambarkan beban lab kita sangat besar,” papar Anies. 

Namun angka pemakaman dengan protap COVID-19 saat ini disebut Anies turun di kisaran 50 orang. Sedangkan angka kematian terkonfirmasi COVID-19 turun di angka sekitar 40. 

“Lagi-lagi, 40-50 itu bukan sekedar angka, mereka adalah saudara-saudara kita yang punya keluarga, teman yang kita sayangi, keluarga yang kita cinta, dan setiap kematian COVID adalah terlalu banyak, kita harus terus tekan sampai titik yang terendah. Pandemi ini belum selesai, maka setiap  usaha untuk menekan laju penularan ini harus kita dorong, termasuk untuk testingnya,” tutur Anies.