Bagikan:

JAKARTA - Ribuan warga Afrika Selatan berbondong-bondong mendatangani pinggiran Desa KwaHlathi, lebih dari 300 kilometer (186 mil) tenggara Johannesburg, untuk berburu berlian maupun batuan berharga lainnya.

Ini dilakukan setelah seorang penggembala ternak menemukan beberapa batu seperti kristal yang tidak teridentifikasi pekan lalu. Temuan yang membuat warga lain tertarik untuk mengadu nasib memeroleh batu yang sama. 

Berita tentang penemuan itu menyebar dengan cepat, memicu serbuan ke situs tersebut meskipun ada pesan peringatan dari pemerintah yang memperingatkan bahwa batu-batu itu bisa jadi tidak berharga.

Saat fajar, pria dan wanita membalik rumpun tanah dengan sekop dan beliung, kemudian diikuti dengan menggali-gali tanah di sekitarnya secara perlahan dengan tangan. Banyak yang menemukan lebih banyak batu misterius dan menyimpannya di tumpukan kecil yang beralaskan tanah.

"Mereka nyata," ucap seorang ibu berusia 40 tahun bernama Magudulela yang berjuang untuk memberi makan ketiga anaknya dengan berseri-seri.

"Saya akan membeli mobil, rumah, mengirim anak-anak saya ke sekolah swasta," ungkapnya seperti melansir Koreatimes dari AFP, Rabu 16 Juni. 

tambang berlian
Ilustrasi tambang berlian di Afrika. (Wikimedia Commons/Hansueli Krapf)

Prospek menemukan berlian mengirimkan riak harapan yang berkilauan ke salah satu daerah termiskin di Afrika Selatan, ketika pandemi virus corona memperburuk tingkat pengangguran yang sangat tinggi selama beberapa dekade.

Negara yang terkenal secara internasional karena kekayaan mineralnya, masih memegang rekor penemuan berlian kasar terbesar di dunia bernama Cullinan yang ditemukan pada tahun 1905 di kota pertambangan kecil dengan nama yang sama.

Afrika Selatan juga merupakan tempat lahirnya Proses Kimberley, sebuah skema sertifikasi internasional untuk menjaga agar berlian konflik tidak beredar di pasaran.

"Kami miskin, kami menganggur. Tapi ini bisa mengubah segalanya. Mereka tidak lelah, kami mencari uang," kata Precious (38) yang menghabiskan malam itu dengan menggali, bersama putra remaja dan bayi perempuannya. Anaknya tampak mencengkeram kristal transparan seukuran bola pingpong.

Penduduk Johannesburg, Thulani Manyathi (36) melakukan perjalanan ke KwaHlathi dari kota miskin Alexandra bersama empat putrinya yang masih kecil.

"Kami akan tinggal di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Saya ingin rumah dengan penyimpanan ganda, ini akan mengubah hidup kami. Tidak sekolah hari ini, karena kami sedang menggali berlian," tutur Manyathi sambil meraba sekelompok batu di sakunya.

ilustrasi berlian
Ilustrasi berlian Afrika Selatan. (Wikimedia Commons/StrangerThanKindness)

Kabar beredar, ada 'orang asing' yang membeli batu-batu itu seharga beberapa ratus rand di kota terdekat, Ladysmith. Satu rand Afrika Selatan senilai 1.034 rupiah. Namun, para ahli mengatakan sangat kecil kemungkinannya batu itu akan menjadi berharga.

"Ini bukan berlian, orang-orang di sini hanya membuang-buang waktu," kata Bhekumuzi Luvuno, 18 tahun, dengan skeptis memeriksa salah satu batu yang dia gali semalam.

Pihak berwenang selama akhir pekan meminta penggali untuk meninggalkan kawasan itu, dengan alasan pembatasan virus corona, tetapi tidak berhasil. Kemarin, pemerintah mengirim tim ahli geologi dan pertambangan ke daerah tersebut. Sementara, aparat kepolisian berjaga agar kerumunan tetap terkendali. 

Untuk diketahui, saat ditemukan tahun 1905, berlian Cullinan yang beratnya lebih dari 3.000 karat tanpa dipotong, tergeletak hanya beberapa meter di bawah tanah dan digali dengan pisau saku. 

Sebongkah berlian kasar tersebut mampu menghasilkan sembilan berlian utama yang digunakan untuk menghiasi permata mahkota Inggris, serta hampir 100 berlian kecil.