Masyarakat Pilih-Pilih Merek Vaksin, Bio Farma: Pemerintah Telah Berjuang Mencari, Gunakan Saja yang Ada
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Masyarakat masih merasa khawatir dengan kualitas berbagai jenis vaksin yang telah tersedia di Tanah Air. Sebagain masyarakat pun ada yang memilih ingin divaksin dengan merek tertentu. Menanggapi ini, Juru Bicara Pemerintah Vaksinasi COVID-19 Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan bahwa vaksin yang tersedia sudah melalui berbagai tahapan pengujian baik pada hewan maupun manusia.

Kata Bambang, sebelum vaksin disuntikkan kepada manusia secara massal, ada standar pengujian yang dikeluarkan oleh WHO maupun badan regulator di masing-masing negara yang harus dipenuhi. Sehingga, ketika vaksin akan digunakan safety, efficacy dan quality-nya sudah terjamin.

Lebih lanjut, Bambang menjelaskan tidak mungkin suatu vaksin diberikan kepada masyarakat kalau efficacy, quality maupun safety-nya belum terjamin. Karena itu, ia meminta agar masyarakat tak khawatir dengan kualitas vaksin yang tersedia sekarang baik Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, maupun vaksin lainnya.

"Yang ada saja langsung digunakan supaya mempercepat. Nanti kalau memang ada lagi vaksin, tentu pemerintah juga terus berusaha mencari kembali supply manufaktur tidak hanya dari satu, dua penyedia vaksin. Tetapi dari berbagai penyedia untuk mendapatkan akses tersebut," katanya dalam diskusi virtual, Selasa, 15 Juni.

Bambang mengatakan untuk mendapatkan vaksin COVID-19 berbagai upaya dilakukan pemerintah baik melalui skema bilateral maupun multilateral. Bahkan, akses untuk membawa masuk vaksin tersebut tidak mudah, karena seluruh negara di dunia berlomba untuk mendapatkannya.

Karena itu, kata Bambang, pemerintah tidak bisa menunggu vaksin merek tertentu masuk ke Indonesia, kemudian baru menyuntikannya kepada masyarakat. Apalagi, untuk mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok perlu dicapai dengan percepatan vaksinasi.

"Kita tidak bisa berharap kita akan menunggu vaksin C dulu, sementara kita mendapatkan akses yang sulit untuk mendapatkan vaksin tersebut, dari vaksin A, atau yang sudah tersedia vaksin B, mungkin nanti malah menunggu vaksin D saja yang entah kapan datangnya. Karena mereka sendiri belum tentu menyuplai sesuai keinginan kita. Kita minta segara, mereka belum tentu bisa gitu," tuturnya.

Bambang mengatakan bahwa vaksin COVID-19 yang masuk ke Indonesia juga sudah dijamin Badan POM. Tak hanya itu, WHO pun turut mengawasi vaksin yang digunakan oleh Indonesia. Karena itu, ia meminta masyarakat untuk tak ragu berpartisipasi dalam program vaksinasi nasional guna mencapai herd immunity.

"Untuk mendapatkan vaksinnya perlu upaya yang keras, susah payah, ketika vaksin ini sudah tersedia sebaiknya masyarakat secara aktif untuk berpartisipasi. Karena kan memang upaya untuk mencapai herd immunity ini adalah upaya bersama-sama dengan cara bergotong-royong kita semua, tentu dengan waktu yang sesegera mungkin," ucapnya.

Sekadar informasi, pemerintah Indonesia telah mempunyai komitmen dengan Sinovac sampai akhir tahun ini sekitar 260 juta dosis. Kemudian ada juga dari multilateral via Covax yang sudah datang sekitar 8 juta dari komitmen awal 11 juta. Dari sumber bilateral, AstraZeneca juga sudah berkomitmen sekitar 50 juta di luar yang bundling. Kemudian Novavax juga 50 juta.

"Jadi kalau ditotal 260 juta dari Sinovac, kemudian ditambah 100 juta dari bilateral AstraZeneca dan Novavax. Kemudian secara multilateral kita juga sudah ada komitmen 11 juta, mudah-mudahan angkanya bisa bertambah bisa sampai 54 juta. Jadi kalau secara total ini sudah ada yang komitmen 360 lebih," kata Bambang.

Namun, kata Bambang, Indonesia juga telah mempunyai komitmen melalui skema multilateral Covax 50 juta. Sehingga, total vaksin yang berhasil didapatkan pemerintah jumlahnya bisa mencapai 400 juga dosis.

"Itu bisa mendekati angka 400 juta. Saya kira ini sudah mencukupi dari kebutuhan kita sebanyak 363 masyarakat yang akan divaksin," tuturnya.