Bagikan:

JAKARTA - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto blak-balakan saat menjadi bintang tamu dalam podcast Deddy Corbuzier yang ditayangkan di Youtube @Deddy corbuzier Minggu, 13 Juni hari ini.

Dalam momen itu, Prabowo menceritakan kenapa dirinya bergabung bersama pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) meski pernah menjadi rival saat Pilpres digelar.

Prabowo mengakui, di lingkungan internal Jokowi banyak yang tidak menghendaki dirinya bergabung. Apalagi, jauh sebelum dirinya maju di Pilpres 2019, isu kudeta saat masih berseragam TNI bertebaran menyerang elektabilitasnya.

"Saya akui di lingkungan internal (Jokowi) banyak yang enggak setuju kenapa ajak saya. Bahaya gitu! Nanti dia kudeta lagi. Muka gue muka kudeta kali ye," kata Prabowo sambil tertawa.

Menurut Prabowo, pertentangan itu sah-sah saja dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun, demi kepentingan bangsa dan negara, hal itu wajib dilakukan. Rival dalam suatu kompetisi, Pilpres misalnya, tidak harus berlarut-larut. 

Baik Jokowi dan Prabowo harus duduk satu meja untuk menyusun startegi membangun bangsa ke depan. "Jokowi kenapa mau jadi presiden ya untuk berbakti, saya juga begitu, sama-sama mau mengabdi., sama-sama mau mengabdi kok harus melawan? Lebih baik dua-duanya kerjasama," terang Prabowo.

Prabowo belajar dari sejarah bangsa lain, bagaimana dua pemimpin kuat harus menjalin kerjasama. Di jepang misalnya, sejarah pernah mencatat gencatan senjata antara dua jenderal besar, Hideyoshi Toyotomi dan Tokugawa. Namun, ini tidak dilanjutkan karena keduanya memiliki visi yang sama soal Jepang.

"Bayangkan pemimpin karena egonya, jabatan itu tanggungjawab lho. Saya yakin bapak (Jokowi) merah putih, saya yakin bapak Pancasila, saya dukung bapak," terang Prabowo.