JAKARTA - Bareskrim Polri mengungkap kasus penipuan dengan modus obligasi. Komplotan ini berhasil meraup keuntungan Rp36 miliar.
"Perkara ini tentang apa? tentang obligasi. Sebagaimana diketahui, obligasi itu surat hutang yang diperjualbelikan. tapi di sini dijadikan alat untuk menipu," kata Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Tipideksus) Bareskrim Polri, Brigjen Helmy Santika kepada wartawan, Rabu, 2 Juni.
Ada dua tersangka dalam kasus penipuan ini. Keduanya berinisial, AM dan JM yang ditangkap pada 25 Mei di Tegal dan Kota Cirebon.
Berdasarkan pemeriksaan, para tersangka beraksi di tiga wilayah antara lain Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Aksi penipuan sudah berjalan beberapa tahun.
"Para pelaku melakukan aksinya sudah 3 tahun lebih, sehingga mungkin sudah banyak korban lain yang. Korban lain kerugiannya bisa mencapai Rp36 miliar," kata Helmy.
"Kemudian terkait dengan obligasinya sendiri, ini mereka menyebutnya sebagai obligasi, surat hutang, tapi kebenarannya dari obligasi ini masih kita ragukan. Ini yang kita duga sebagai sesuatu yang palsu," sambung dia.
Dari penangkapan keduanya, polisi menyita beberapa barang bukti. Di antaranya mobil, surat utang atau obligasi, dan uang palsu dari beberapa negara.
"Kita sita mobil Honda CRV, Jeep, mobil Hilux. Ada motor juga mulai dari Ninja Kawasaki, Honda. Lalu ditemukan pecahan mata uang," kata dia
"Ada 9.800 lembar pecahan 5.000 won Korea. Kemudian 2.100 lembar pecahan 1 juta Euro, 2.600 lembar pecahan 100 USD," sambung Helmy.
BACA JUGA:
Helmy menegaskan bakal mendalami perihal asal-usul uang asing tersebut.
Saat ini, kedua tersangka disangkakan pasal 372 KUHP, 378 KUHP, dan pasal 345 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang tindak pidana pencucian uang. Mereka juga disangkakan Pasal 36 dan 37 UU nomor 7 tahun 2017 tentang Mata Uang.